Minggu, 22 November 2009

JADWAL UJIAN NASIONAL TAHUN 2010

UN Tahun Pelajaran 2009/2010 dilaksanakan dua kali yaitu UN Utama dan UN Ulangan. (Pasal 5 Permendiknas No. 75 tahun 2009)

UASBN UTAMA SD/MI
(dalam Pasal 6 Permendiknas No. 74 tahun 2009 alokasi waktu tertulis minggu pertama bulan Mei 2010) 
4 Mei  2010 s.d. 6 Mei 2010
    UN UTAMA SMP/MTS
    (dalam Pasal 5 Permendiknas No. 75 tahun 2009 alokasi waktu tertulis minggu keempat bulan Maret 2010)
    29 Maret 2010  s.d.1 April 2010
      UN UTAMA SMA/MA SMALB dan SMK   : 22 Maret 2010 s.d. 26 Maret 2010
        (Baca sumber jadwal : Surat Menteri Pendidikan Nasional nomor 178/MPN/HK/2009 tanggal 03 Desember 2009 perihal: Ujian Nasional (UN) Tahun Pelajaran 2009/2010)

        Senin, 16 November 2009

        Fwd : berita dari Kompas.com

        Pagi Jadi Guru, Siang Jadi Tukang Cuci Piring
        Uniah (39) mencuci piring dan perabot di salah satu warung makan di Kecamatan Pring a p u s, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Rabu (11/11) siang, seusai mengajar di TK Bakti Putra I.
        Kamis, 12 November 2009 | 06:26 WIB
        Antony Lee
        KOMPAS.com - Belasan bocah semringah menjalani ritual menjelang pulang sekolah di Taman Kanak-kanak Bakti Putra I di Desa Pringsari, Kecamatan Pringapus, Rabu (11/11) sekitar pukul 10.00. Mereka menyanyikan lagu perpisahan sembari bertepuk tangan. Uniah (39), guru kelas yang mengajar di TK di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, itu terus tersenyum. Setelah membimbing murid berdoa, ia mengulurkan tangan menyalami siswa yang pamit pulang. Begitu siswa terakhir meninggalkan ruangan, Uniah bergegas menuju ruang guru.
        Ia menyambar tas tangan lalu menggandeng anak keempatnya, Rama (4), yang menunggu di ruangan itu. Rama masih sesenggukan. Ia menyeka hidungnya dengan tangan. Sisa air mata belum terhapus dari sudut matanya. ”Sudah, sabar, ya, Nak. Nanti saja jajannya. Belum ada uang,” ujar Uniah.
        Ia lalu menuntun Rama berjalan kaki menuju warung makan milik Adibatun (30). Warung sederhana berdinding papan dan berlantai tanah itu terletak sekitar 20 meter dari muka Pabrik Buana Intisari Garmen di Kelurahan Pringapus, lebih kurang 1 kilometer dari TK tempat Uniah mengajar.
        Seusai menyapa pemilik warung, Uniah menggulung lengan baju dan mulai mencuci piring serta perabot kotor di warung itu. Rama disuruhnya duduk di warung yang masih lengang. Selesai mencuci, perempuan asal Pandeglang, Banten, itu menggoreng tempe. ”Lumayan sudah setahun terakhir ini saya diperbolehkan bantu-bantu Mbak Adib. Ia sudah seperti saudara sendiri,” tutur Uniah.
        Sebelum suaminya mencoba peruntungan bekerja di Cikarang, Bekasi, setahun lalu, Uniah membantu suaminya membuat sandal dari karet dengan penghasilan maksimal Rp 30.000 per hari.
        Setiap hari Uniah datang ke warung pukul 05.30. Satu jam kemudian ia pamit mengajar. Selepas menunaikan tugasnya itu, ia kembali ke warung. Apabila masih ada waktu, ia pulang ke kamar indekos, sekitar 500 meter dari warung itu, bertukar pakaian sambil menengok Zahra (1), anak perempuannya yang dititipkan ke tetangga.
        Tidak ada upah yang pasti atas jasa mencuci piring dan kerja serabutan di warung itu. Adib sesekali memberi uang Rp 5.000 atau Rp 10.000 jika hasil warung berlebih. Namun, Uniah sudah terbantu dengan diperbolehkan makan gratis di warung itu, termasuk untuk dua anaknya, Rama dan Fauzi (7).
        Upahnya sebagai guru TK sangat tak mencukupi. Setiap bulan ia hanya menerima honor bersih Rp 180.000, ditambah transportasi Rp 30.000 dan uang minum Rp 20.000. Ia sedikit terbantu dengan insentif Rp 200.000 per bulan dari pemerintah yang diberikan enam bulan sekali.
        Uniah mengaku suaminya setiap bulan mengirim Rp 500.000. Namun, uang tersebut habis untuk membeli susu dan kebutuhan sekolah anaknya. Ia tinggal menumpang di kamar indekos milik warga Pringapus yang iba kepadanya. Ia hanya dibebani membayar biaya listrik di kamar tersebut.
        Rumahnya di Desa Pringsari yang cukup jauh dari warung itu dibiarkan kosong setelah listrik diputus PT PLN lantaran ia tak sanggup membayar tagihan.
        ”Saya sempat mau berhenti mengajar dan cari pekerjaan lain atau buka warung, tetapi orangtua murid menahan. Saya jadi enggak tega,” tutur Uniah yang sudah 10 tahun mengajar di TK Bakti Putra I.
        Pariyati (29), guru lainnya, juga hanya menerima honor Rp 180.000 per bulan. Uang itu malah hanya habis untuk biaya transportasi dari rumahnya di Ungaran Barat menuju TK yang berjarak sekitar 10 kilometer. Saat dua tahun lalu melamar menjadi guru di sana, ia tergiur bisa diangkat menjadi pegawai negeri sipil. Namun, mimpi itu kandas lantaran tidak lagi ada formasi untuk guru TK.
        ”Sekarang ini saya sudah enggak bisa mundur. Kalau enggak ada lagi yang mau mengabdi seperti kami ini, lalu siapa lagi yang mau,” tuturnya.
        Berbeda dengan Uniah yang sampai harus bekerja sampingan sebagai tukang cuci piring, untuk kebutuhan sehari-hari Pariyati masih mendapat pasokan dari suaminya yang bekerja di sebuah perusahaan di Ungaran. Kebutuhan hidupnya bersama dua anak yang duduk di kelas V dan I SD terpenuhi dari penghasilan suami.
        Marzukoh, Ketua Yayasan Pertiwi yang menaungi sekolah itu, bertutur, rendahnya upah guru TK tidak terlepas dari minimnya dana yang didapat yayasan. Sebagai TK swasta, operasional sekolah bergantung pada sumbangan orangtua murid yang hanya Rp 20.500 per bulan. Itu pun sebagian masih menunggak. Tahun ini, honor terpaksa dipangkas Rp 30.000 karena guru bertambah dari tiga orang menjadi empat orang. Guru baru, Iluh (26), hanya bisa diberi honor Rp 150.000 per bulan. ”Itu pun kami sudah tertolong dari bantuan desa untuk menutupi kekurangan anggaran sekitar Rp 2 juta setahun,” ucapnya.
        Menurut Ketua Forum Komunikasi Guru TK Swasta Kabupaten Semarang Ida Nur Farida, kondisi Uniah dan Pariyati merupakan wajah sebagian besar guru TK swasta di Kabupaten Semarang. Setidaknya terdapat 1.082 guru TK swasta di Kabupaten Semarang dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 10 orang, SMP (46), SMA (522), D-2 (359), dan S-1 (145). ”Bahkan, ada guru yang hanya mendapat honor Rp 50.000 per bulan. Akhirnya, mereka harus bekerja sampingan untuk bertahan hidup,” tuturnya.
        Ia mengakui ada beberapa TK di perkotaan yang mampu memberi upah guru di atas Rp 1 juta, tetapi itu masih bisa dihitung dengan jari. Mayoritas kesejahteraan guru TK di pedesaan masih sangat minim karena manajemen yayasan belum baik sehingga bergantung pada sumbangan orangtua murid. Padahal, kemampuan ekonomi masyarakat desa terbatas.
        Ia berharap pemerintah membantu dengan meningkatkan insentif bagi guru TK. Selain itu, pencairan dana insentif hendaknya dipercepat menjadi paling lama tiga bulan sekali, bukan enam bulan seperti saat ini.
        Guru TK yang upahnya kecil itu mampu bertahan terdorong rasa memiliki TK dan pengabdian. Sebab, TK merupakan pendidikan anak usia dini yang formal dan menjadi fondasi anak sebelum menjejakkan kaki ke sekolah dasar.


        Editor: jimbon

        Sumber : Kompas Cetak

        Kamis, 12 November 2009

        Berbagi SKL Ujian Nasional Tahun 2010

        Agenda ini khusus ditujukan kepada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP Kabupaten Purworejo (khususnya peserta pemberdayaan MGMP Bahasa Indonesia SMP Tahun 2009) agar hadir pada :
        hari              : Senin 
        tanggal         : 16 November 2009
        pukul            : 10.00 WIB
        tempat         : SMP Negeri 15 Purworejo
        keperluan      : 1. hosting model pembelajaran Bahasa Indonesia
                             2. penerimaan sertifikat 
                             3. berbagi SKL Ujian Nasional Tahun 2010
        Mengingat keterbatasan waktu penyampaian undangan, maka posting ini berlaku sebagai undangan.
        Atas perhatian dan kehadirannya disampaikan terima kasih.
                                                                              Ketua MGMP Bahasa Indonesia SMP Kabupaten Purworejo

        Rabu, 11 November 2009

        Ujian Nasional Tahun 2010


        Pada tanggal 13 Oktober 2009, Bambang Sudibyo sebagai Mendiknas –sebelum diganti oleh Mohammad Nuh– telah mengeluarkan empat paket Peraturan Menteri yang berkaitan dengan Ujian Nasional Tahun 2009/2010, yakni:
        1. Peraturan Mendiknas Nomor 74 Tahun 2009 tentang Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Luar Biasa (SD/MI/SDLB) Tahun Pelajaran 2009/2010 (unduh).
        2. Peraturan Mendiknas Nomor 75 Tahun 2009 tentang Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tahun Pelajaran 2009/2010 (unduh).
        3. Peraturan Mendiknas Nomor 76 Tahun 2009 tentang Ujian Nasional Program Paket C Kejuruan Tahun 2010 (unduh).
        4. Peraturan Mendiknas Nomor 77 Tahun 2009 tentang Ujian Nasional Program Paket A, Program Paket B, Program Paket C, dan Program Paket C Kejuruan Tahun 2010 (unduh).
        Secara substansial, ketentuan UN 2009/2010 tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan ketentuan UN 2008/2009, baik Standar Kompetensi Lulusan maupun ketentuan kelulusan. Berikut ini petikannya:
        Pasal 5
        1. UN Tahun Pelajaran 2009/2010 dilaksanakan dua kali yaitu UN utama dan UN ulangan.
        2. UN utama untuk SMA/MA, SMALB, dan SMK dilaksanakan pada minggu ketiga Maret 2010.
        3. UN utama untuk SMP/MTs dan SMPLB dilaksanakan satu kali pada minggu keempat Maret 2010.
        4. UN susulan dilaksanakan satu minggu setelah UN utama.
        5. Ujian praktik kejuruan untuk SMK dilaksanakan sebelum UN utama.
        Pasal 6
        1. UN Ulangan untuk SMA/MA, SMALB, dan SMK dilaksanakan minggu kedua Mei 2010.
        2. UN Ulangan untuk SMP/MTs dan SMPLB dilaksanakan minggu ketiga Mei 2010.
        Pasal 7
        Mata pelajaran yang diujikan pada UN:
        1. Mata Pelajaran UN SMA/MA Program IPA, meliputi: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi;
        2. Mata Pelajaran UN SMA/MA Program IPS, meliputi: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ekonomi, Sosiologi, dan Geografi;
        3. Mata Pelajaran UN SMA/MA Program Bahasa, meliputi: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Bahasa Asing lain yang diambil, Sejarah Budaya/Antropologi, dan Sastra Indonesia;
        4. Mata Pelajaran UN MA Program Keagamaan, meliputi: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Tafsir, Hadis, dan Fikih;
        5. Mata Pelajaran UN SMK meliputi: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan Teori Kejuruan;
        6. Mata Pelajaran UN SMALB meliputi: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika; dan
        7. Mata Pelajaran UN SMP/MTs, dan SMPLB meliputi: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
        Pasal 8
        Standar Kompetensi Lulusan Ujian Nasional (SKLUN) Tahun Pelajaran 2009/2010 merupakan irisan (interseksi) dari pokok bahasan/sub pokok bahasan Kurikulum 1994, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2004, dan Standar Isi.
        Pasal 20
        (1) Peserta UN SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMALB, dan SMK dinyatakan lulus jika memenuhi standar kelulusan UN sebagai berikut:
        • memiliki nilai rata-rata minimal 5,50 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan nilai minimal 4,00 untuk paling banyak dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya;
        • khusus untuk SMK, nilai mata pelajaran praktik kejuruan minimal 7,00 dan digunakan untuk menghitung rata-rata UN.
        (2) Pemerintah daerah dan/atau satuan pendidikan dapat menetapkan batas kelulusan di atas nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sebelum pelaksanaan UN.
        (3) Peserta UN diberi surat keterangan hasil ujian nasional (SKHUN) yang diterbitkan oleh sekolah/madrasah penyelenggara.
        Ketentuan tersebut jelas mematahkan opini yang selama ini berkembang di kalangan pendidik bahwa akan terjadi perubahan mendasar tentang SKL yang diduga murni mengacu pada standar isi. Demikian juga halnya dengan kriteria kelulusan. Dugaan tentang kenaikan kriteria kelulusan ternyata juga tidak terbukti. Yang sedikit agak berbeda mungkin waktu pelaksanaan UN yang biasanya berlangsung pada bulan April. Untuk tahun 2009/2010,UN utama dilaksanakan pada bulan Maret 2010. ***

        Sumber : MGMP Bahasa Indonesia SMP Kabupaten Kendal

        Selasa, 10 November 2009

        Delapan Program Kerja Mendiknas Baru

        Delapan Program Kerja Mendiknas Baru

        Oleh Deni Kurniawan As’ari  (Ketua Agupena Jawa Tengah)



        Setelah resmi di lantik menjadi Menteri Pendidikan Nasional, Mohammad Nuh menjabarkan 8 ( delapan ) program kerja 100 hari pertamanya di Departemen Pendidikan Nasional, yang diharapkan bisa berkontribusi semaksimal mungkin terhadap kualitas pendidikan nasional.


        Kedelapan program kerja tersebut antara lain :
        1. Penyediaan internet secara massal di sekolah
        2. Penguatan kemampuan Kepala dan Pengawas sekolah
        3. Pemberian beasiswa untuk perguruan tinggi negeri (PTN) dan siswa SMA/SMK/MA berprestasi dan kurang mampu
        4. Penyusunan kebijakan khusus bagi para guru yang bertugas di daerah terdepan dan terpencil
        5. Penyusunan dan penyempurnaan Rencana Strategis (Renstra) Depdiknas 2010-2014
        6. Pengembangan budaya dan karakter bangsa
        7. Pengembangan metodologi belajar mengajar, serta
        8. Membuat roadmap sinergitas lembaga pendidikan (Depdiknas-Depag) dengan para pengguna lulusan untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan.

        Bagaimana pendapat kawan-kawan pengurus dan anggota Agupena Jateng?

        Sumber : http://agupenajateng.net

        Minggu, 01 November 2009

        Resensi Buku



        Judul Buku : KAKILANGIT KESUMBA
        Penulis            : Ambarwati, dkk..
        Penyunting     : Soekoso DM & Maskun Artha
        Penerbit          : Kelompok Peminat Seni Sastra KOPISISA Purworejo
        Tahun Terbit  : Oktober 2009
        Tebal Buku     : 88 halaman



        Buku ini diterbitkan secara khusus untuk menandai Ulang Tahun ke-30 Kelompok Peminat Seni Sastra KOPISISA Purworejo, sekaligus untuk mendokumentasikan karya penyair-penyair Purworejo. Dengan dibubuhi pesan selintas dari (Plt) Bupati Purworejo dan Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Purworejo kehadiran buku ini menyiarkan semboyan KOPISISA Purworejo yaitu “seni mengutuhkan hidup manusia, sastra memperluas cakrawala”
        Secara garis besar, buku ini merupakan antologi (kumpulan puisi) yang ditulis oleh 26 penyair asal kota Purworejo masing-masing dengan 3 puisi pilihannya. Adapun, isi puisi-puisi pada Kakilangit Kesumba sebagaimana telaah & kesan sekilas Atas Danusubroto pada halaman akhir buku saya nukilkan sebagian berikut : “… Ketika saya berusaha masuk ke KAKILANGIT KESUMBA, ternyata di sana terlihat seperti warna-warna pelangi. Warna-warna itu membentuk deretan panjang dan melengkung. Sedang pada setiap warna akan terbaca nuansa kegundahan, kecemasan, kekhawatiran, keprihatinan dan sekaligus warna tentang harapan. Kemudian warna-warna itu menyentuh Tuhannya, bangsanya, kebudayaan bangsanya, warna cintanya. Sedang warna-warna itu kian dipahami akan terpantul dan tampak sangat nyata. …”  
        Buku ini telah diluncurkan di Purworejo pada tanggal 28 Oktober 2009 dengan mengundang berbagai kalangan atara lain dari unsur pemerintahan, pers, sastrawan, ahli sastra, tokoh-tokoh pendidikan, dan tokoh-tokoh masyarakat.
        Apapun isi buku ini telah diluncurkan, sehingga akan mewarnai sastra lokal maupun nasional, utamanya mendukung pengajaran sastra lokal di sekolah menengah khususnya di Kabupaten Purworejo.
        Untuk mendapatkan buku ini dapat menghubungi Radio Irama FM Jln. A. Yani 13 Purworejo 54111
        atau  ke Gg. Potrowijayan I No. 6-A Pangenrejo, Purworejo 54115 Telp (0275) 322650.


        Seminar Pendidikan


        Refleksi Seminar Pendidikan Asosiasi Guru Penulis Seluruh Indonesia - Agupena - Cabang Purworejo.

        Di balik seminar pendidikan yang diselenggarakan oleh Asosiasi Guru Penulis Seluruh Indonesia - Agupena - Cabang Purworejo pengurus bermaksud membentuk forum presentasi resmi untuk wadah kegiatan ilmiah guru khususnya di Kabupaten Purworejo. Peserta seminar yang berjumlah 168 orang memang datang dari berbagai kalangan/penjuru dan berbagai alasan kedatangannya. Ada peserta yang datang karena tertarik akan tema seminar "SOLUSI MENCAPAI GOLONGAN IV/b DENGAN MUDAH PELUANG BAGI GURU PROFESIONAL", ada yang datang sebagai perutusan guru berprestasi tiga tahun terakhir, ada yang datang sekedar mewakili kepengurusan organisasi - MGMP -, ada lagi yang datang hanya karena secara kolektif didaftarkan dari pihak sekolah, dan tidak sedikit pula yang datang atas kemauan sendiri, biaya sendiri, demi peningkatan keterampilan menulis makalah ilmiah.
        Apapun alasan yang mereka bawa ke forum ini, bukanlah sebuah dilema bagi forum, sebab yang terpenting adalah langkah berikutnya manakala kepedulian terhadap kalangan guru ini dapat terwujud yaitu membentuk forum presentasi resmi bagi makalah guru yang kelak akan dijadikan sebuah rutinitas pengembangan profesi.
        Sebagai pertimbangan pula bahwa pada penutupan kegiatan seminar di SMA Negeri 2 Purworejo di Kutoarjo itu telah dilontarkan gagasan pembentukan forum presentasi resmi karya ilmiah guru Purworejo untuk penetapan kualitas makalah, editing, dan pembahasan dengan menghadirkan nara sumber yang berkompeten. Lontaran pembentukan forum presentasi makalah ilmiah ini pun seperti mengejutkan peserta seminar, yang relatif masih ragu-ragu menanggapinya. Terlebih lagi ketika ditawarkan siapa 3 orang presenter pertama yang akan maju dalam 3 bulan mendatang mempresentasikan karya ilmiahnya, tidak satu pun yang tercatat dengan pasti.
        Sepulang dari forum seminar ini pun saya (secara pribadi) mencoba menganalisis situasi ini di rumah. Barangkali memang masih perlu kepastian wacana pembentukan forum presentasi ini secara detil termasuk tujuan, dampak positif dan efektivitasnya. Sebut saja hal ini membutuhkan biaya, membutuhkan ketekunan kerja, membutuhkan apa dan apa lagi. Dan yang pasti sesuai misi AGUPENA sebagai organisasi nonprofit tentu pembiayaan ditanggung sendiri.
        Dapat diprediksi bahwa dari 168 peserta belum ada 10% yang datang dengan maksud ikut aktif membentuk forum presentasi karya ilmiah. Inilah agaknya mengapa ketika dilontarkan sebuah gagasan pembentukan forum presentasi resmi untuk makalah ilmiah para guru, belum mendapatkan tanggapan yang pasti dari seluruh peserta seminar.
        Marilah kita pikirkan terlebih dahulu, tetapi siapa yang harus memikirkan ? Marilah kita kaji ulang, tetapi siapa yang harus mengaji ulang ? Marilah kita laksanakan saja, tetapi siapa yang akan melaksanakan ?
        Banyak pertanyaan yang menggeliat di benak saya (secara pribadi) untuk mendaftar peserta yang memang siap aktif secara pribadi mencari solusi dengan membentuk forum presentasi makalah ilmiah. Meski hal ini akan membutuhkan pengorbanan yang ekstra dari rekan-rekan guru antara lain pengorbanan waktu, tenaga, dan biaya, dengan serta merta mencari dokungan solusi dari berbagai kalangan (pejabat-misalnya kepala sekolah) setidaknya akan memberi langkah awal pengembangan profesi guru yang berakar dari guru itu sendiri.
        Sebagai penutup tersirat harapan pengurus AGUPENA Cabang Purworejo agar seluruh guru di Purworejo dapat "go" "blog" serta senantiasa mengakrabkan diri dengan berkomunikasi, berbagi solusi sebagaimana tersurat dalam visi AGUPENA Cabang Purworejo "berbagi kreativitas dalam pembelajaran".