Kamis, 18 Februari 2010

Refleksi atas Diskusi Kepenulisan Agupena Jateng

Refleksi atas Diskusi Kepenulisan Agupena Jawa Tengah
Sebagaimana telah diposting pada blog ini sebelumnya tentang “Diskusi Kepenulisan dan Pelantikan Agupena Kota Semarang, Kabupaten Semarang dan Kabupaten Cilacap”, maka pada hari Minggu tanggal 14 Februari 2010 bertempat di LPMP Jawa Tengah, Jl. Kyai Maja, Srondol, Semarang telah dilaksanakan kegiatan “Diskusi Kepenulisan dan Pelantikan Agupena Kota Semarang, Kabupaten Semarang dan Kabupaten Cilacap”. Diskusi tersebut berlangsung selama kurang lebih 5 jam sejak pukul 09.00 hingga pukul 14.00 WIB. Pada diskusi tersebut Kabupaten Purworejo diwakili oleh Riyadi, S.Pd. Guru SMP Negeri 15 Purworejo, sekaligus selaku Sekretaris Agupena Cabang Purworejo.
Kegiatan “Diskusi Kepenulisan dan Pelantikan Agupena Kota Semarang, Kabupaten Semarang dan Kabupaten Cilacap” itu berjalan lancar dan sesuai rancangan acar. Berikut beberapa foto dari kegiatan tersebut.
 
Pelantikan Pengurus Cabang
  
Suasana Peserta Diskusi
  
Penyaji Diskusi dan Moderator
 
Pemberian penghargaan kepada Bapak Riyadi, salah satu pengurus Agupena Cabang Kab. Purworejo, setelah tulisannya yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Mendengarkan (Bagian II)” terbaca sekitar 2.543 pembaca. (dari kiri : (1) Sekretaris Umum Agupena Pusat, Bapak Naijan. (2) Ketua Agupena Jateng Bapak Deni Kurniawan As'hari, (3) Penerima Penghargaan - Bapak Riyadi, S.Pd. - Purworejo  (4) Penerima Penghargaan - Ibu Yuni Susilolawi, M.Pd. - Surakarta)

Secara umum diskusi itu belum mencapai topiknya. Sebagaimana dirancangkan pada topik diskusi tersebut antara lain :
1. Peran Agupena dalam mewujudkan budaya menulis di Jawa Tengah baru merambah sebagian kecil guru di Jawa Tengah. Hal ini karena menulis di kalangan guru itu sendiri belum membudaya.
Begitupun kiat strategis Agupena dalam mewujudkan budaya menulis di Jawa Tengah belum terprogram secara nyata dalam diskusi tersebut.
2. Optimalisasi aktivitas menulis masih belum terumuskan dengan usulan-usulan yang muncul dalam diskusi tersebut. Contoh usulan menerbitkan majalah Agupena Jawa Tengah tidak mendapatkan tanggapan positif. Kegiatan ngeblog mungkin baru sebatas kalangan pengurus belum anggota Agupena Jateng secara menyeluruh.
Meskipun belum mencapai topik sampai 100%, namun kegiatan tersebut merupakan tonggak kesejarahi dalam kerangka berdirinya Agupena Jawa Tengah. Menjadi sebuah prestasi yang luar biasa, dibandingkan organisasi guru yang lain. 
Perlu kiranya pengurus Agupena Jateng menindaklanjuti kegiatan diskusi tersebut dengan langkah yang lebih nyata. Misalnya menjembatani seluruh kalangan guru/anggota dengan membuka forum tanya jawab atau ulasan tulisan guru pengarang atau pun penulis pemula melalui pemanfaatan website Agupenajateng ini, kalau perlu terjadwal secara online. bukan ringkasan atau reportase tanya jawab. Contoh lain dengan merealisasi penerbitan majalah agupena dalam bentuk media cetak, karena belum seluruh guru pernah membuka website agupena jateng ini. Media cetak, majalah, atau tabloid atau apapun itu istilahnya berperan dalam sosialisasi kegiatan dan visi misi organisasi. Yang saya maksud bukan jurnal ilmiah sebagaimana diusulkan dalam diskusi tersebut, sebab jurnal ilmiah membutuhkan penanganan secara khusus dan penuh tanggung jawab moral yang belum bisa dilaksanakan untuk tahun tahun pertama berdirinya agupena ini.
Demikian sekedar ulasan. Bila ada kurang lebihnya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Saya tulis An. Agupena Purworejo. Sekretaris : Riyadi, S.Pd.

Kamis, 11 Februari 2010

Diskusi Kepenulisan dan Pelantikan Agupena Kota Semarang, Kabupaten Semarang dan Kabupaten Cilacap

Pada hari minggu, 14 Pebruari 2010 esok, Agupena Jateng kembali action dengan mengadakan Diskusi Kepenulisan dan Pelantikan Agupena Kota Semarang, Kabupaten Semarang dan Kabupaten Cilacap.

Adapun susunan acaranya meliputi :
1. Pembukaan
2. Pelantikan Pengurus Agupena Kota Semarang, Kabupaten Semarang
dan Kabupaten Cilacap 2010-2013
3. Kebijakan umum organisasi Agupena oleh Sekum Agupena Pusat dan Ketua Umum Agupena Jateng
4. Diskusi kepenulisan bersama : 1. Bapak Drs. Wardjito Soeharso, M.Sc (Pembina Agupena Jateng, Widyaiswara Badiklat Prop. Jateng, Penulis Buku), 2. Bapak Johan Wahyudi, S.Pd., M.Pd (Juara 1 Lomba Penulisan Buku Pusbuk Depdiknas RI 2009). Moderator : Bapak Drs. Zulkarnaen Syiri Lokesyawara, M.Eng (Ketua Divisi Kerjasama Agupena Jateng).
5. Penutupan

Topik yang didiskusikan terkait dengan :
1. Peran dan kiat strategis Agupena dalam mewujudkan budaya menulis di Jawa Tengah
2. Optimalisasi aktivitas menulis dan ngeblog di kalangan pengurus dan anggota Agupena Jateng.

Peserta : 1). Calon pengurus Agupena Kota Semarang, 2). Calon pengurus Agupena Kabupaten Semarang, 3) Calon pengurus Agupena Kabupaten Cilacap, 4) Pengurus Agupena Jawa Tengah, 5) 2 (dua) perwakilan pengurus/anggota Agupena tingkat kabupaten/kota se-Jawa tengah, dan 6. Undangan lainnya.

Jumlah peserta : 45-70 orang
Sumber dana ; 1. Iuran peserta, 2. Kas Agupena Jateng, 3. Kas Agupena Cabang, 4. Bantuan sekolah masing-masing.

Fasilitas : 1. Konsumsi (snack dan makan siang), 2. Sertifikat, 3. Makalah

Minggu, 07 Februari 2010

Refleksi, Setahun Perjalanan Agupena Jateng

Mungkin tidak akan pernah terlupakan di hati saya, setahun yang lalu tepatnya tanggal 4 Pebruari 2009 ketika Agupena Jawa Tengah dibentuk oleh 29 (dua puluh sembilan) guru penulis dari berbagai kabupaten/kota di Jawa Tengah.

Pembentukannya saat itu dihadiri Ketua Umum Agupena Pusat dan berlangsung dalam suasana musyawarah yang penuh kekeluargaan. Saya ingat betul bahwa beberapa nama guru penulis di Jawa Tengah hadir seperti Pak Johan, Bu Nikmah, Pak Zaenal. Pak Wali, Pak Hery, Bu Izzul, Pak Zul, Bu Endar, Pak Teguh dan yang lainnya untuk bersama-sama –membangun semangat berbagi– yang kemudian menjadi slogan organisasi ini setelah Pak Wali memberikan masukannya.

Tanpa terasa, setahun sudah “bayi mungil ” Agupena Jateng belajar “merangkak” dan “berjalan”. Itu artinya hampir seperempat dari perjalanan (baca : masa bakti 4 tahun) telah dilalui oleh saya yang kebetulan ‘terpaksa’ menjadi “nahkoda” beserta “awak kapalnya.” untuk bersinergi dan mengepakkan sayap membangun semangat berbagi.

Dalam sebuah tradisi masa bakti sebuah organisasi, sudah sepantasnya bagi saya sekaligus personel yang ada didalamnya untuk kembali me-refresh ingatan pada setahun yang lalu guna menganalisa kekurangan dan kelemahan kinerja organisasi yang telah dilalui sebagai bahan introspeksi dan pembenahan diri agar perjalanan organisasi ke depan lebih baik.

Agupena Jateng, dalam perjalanannya pasca pelantikan di LPMP Jawa Tengah setahun silam, sepertinya mengalami proses yang patut dikritisi bersama. Beberapa kegiatan yang dirumuskan dalam Rapat Kerja I Agupena Jawa Tengah di SMK N 7 Semarang tanggal 26 Pebruari 2009 sebagian memang telah berhasil dilaksanakan. Seminar Nasional dan Lomba Penulisan, Bedah Buku dan Workshop Penulisan Artikel, Audiensi dengan PMPTK/SEAMOLEC/Dinas Pendidikan Jawa Tengah, Silarurahmi dan Rakor Agupena dan seminggu lagi Diskusi Kepenulisan Di LPMP Jawa Tengah merupakan program yang berhasil digelar di tengah kesibukan para pengurusnya yang luar biasa.

Khusus mengenai pelebaran sayap organisasi, alhamdulillah berkat kerjasama antarpengurus baik di tingkat provinsi maupun kabupaten sampai saat ini telah terbentuk 12 kepengurusan Agupena tingkat kabupaten/kota meliputi Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Kendal, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Pekalongan, Kab dan Kota Magelang, Kabupaten Blora, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Pemalang, dan terakhir kalau tidak ada aral melintang, tanggal 14 Pebruari 2010 saat diskusi kepenulisan akan dikukuhkan 3 (tiga) kepengurusan meliputi Kota Semarang, Kabupaten Semarang dan Kabupaten Cilacap.

Ada sebuah kemajuan di satu sisi, namun juga tidak dimungkiri adanya stagnansi di sisi lainnya. Sebut saja Agupena tingkat cabang yang telah terbentuk sampai saat ini gaungnya masih belum terdengar untuk bersama-sama mengemban misi suci “membudayakan menulis di kalangan guru. Sejatinya Agupena tingkat cabang yang telah berdiri itu setapak demi setapak mencoba berdiri dan mengimplementasikan janji organisasinya.

Selain itu, ada 3 (tiga) hal yang sempat terekam sebagai sebuah masukan dan perlu dikaji bersama. Pertama, adanya pandangan bahwa guru penulis sibuk mengurus organisasi telah menyebabkan melemahnya aktivitas menulis. Sampai detik ini, saya belum bisa memahami kebenaran pendapat itu. Dalam pemahaman saya, organisasi diharapkan berjalan dan aktivitas menulis pun juga sami mawon, berjalan juga. Aktivitas tulis menulis dapat disalurkan dan difasilitasi via blog ini. Bahkan beberapa teman bisa sharing tentang dunia tulis menulis dan sebagian pengunjung blog agupenajateng.net mengatakan sangat bermanfaat dengan hadirnya blog ini, tidak hanya dari warga guru Jateng tapi juga daerah lainnya. Seperti di sini dan di sini.

Kedua, dalam sebuah tulisan ada yang menyatakan bahwa Agupena masih menjadi ‘macan ompong’ dalam ikut mewujudukan budaya menulis. Untuk yang satu ini saya menanggapinya dengan tersenyum manis. Jawabannya ya, tapi juga belum tentu. Ya, karena tadi, agupena di tingkatan kabupaten/kota belum bergerak semua atau belum terbentuk semua. Sedangkan jawaban belum tentu karena Agupena memang tidak dipersiapkan untuk menjadi ‘macan buas”. Agupena lebih kepada organisasi profesi yang memungkinkan terbangunnya semangat berbagi di bidang kepenulisan.

Ketiga, terbatasnya pendanaan. Organisasi Agupena yang telah berumur 1 (satu) tahun lebih 3 (tiga) hari dihadapkan pada keadaan dapur organisasi yang belum mapan. Butuh kreativitas dan perjuangan ekstra dari setiap personel untuk mengatasi masalah yang satu ini. Militansi, komitmen dan tanggung jawab menjadi sesuatu yang tidak bisa ditawar lagi. Sejauh ini alhamdulillah, keterbatasan itu tidak menjadi penghalang untuk terus bergerak dan bergerak. Bagi mereka yang kemudian “menyerah” di tengah jalan maka tidak ada jalan, selain ditinggal saja.

Ketiga persoalan itu bagi saya menjadi kecil, ketika sampai saat ini pengurus Agupena Jateng masih solid dan menunjukkan komitmennya untuk terus mengayuh perahu organisasi sampai pulau impian, sebesar apapun karang dan ombak yang menghadang. Tahun 2010, tepatnya 4 Pebruari perlu menjadi semacam pengingat akan perlunya spirit baru untuk rmelahirkan improvisasi dan gebrakan baru demi teruwujudnya organisasi yang sehat dan bermanfaat.

Sungguh disayangkan kalau pada akhirnya Agupena hanya menjadi organisasi papan nama, yang seolah hidup enggan, mati pun tak mau. Semoga tidak demikian adanya. Organisasi bukanlah ladang permainan ataupun sekedar tempat numpang nama, ia merupakan amanah yang butuh keseriusan karena kelak akan dipertanyakan dan dipertanggungjawabkan.

Nah, kepada pengurus dan anggota Agupena Jateng serta para pengunjung blog ini bagaimana menurut jenengan? Mohon saran dan masukannya!
Salam Agupena!

Deni Kurniawan As’ari, Pegiat Agupena Jawa Tengah

Sumber : http://agupenajateng.net