Pembentukannya saat itu dihadiri Ketua Umum Agupena Pusat dan berlangsung dalam suasana musyawarah yang penuh kekeluargaan. Saya ingat betul bahwa beberapa nama guru penulis di Jawa Tengah hadir seperti Pak Johan, Bu Nikmah, Pak Zaenal. Pak Wali, Pak Hery, Bu Izzul, Pak Zul, Bu Endar, Pak Teguh dan yang lainnya untuk bersama-sama –membangun semangat berbagi– yang kemudian menjadi slogan organisasi ini setelah Pak Wali memberikan masukannya.
Tanpa terasa, setahun sudah “bayi mungil ” Agupena Jateng belajar “merangkak” dan “berjalan”. Itu artinya hampir seperempat dari perjalanan (baca : masa bakti 4 tahun) telah dilalui oleh saya yang kebetulan ‘terpaksa’ menjadi “nahkoda” beserta “awak kapalnya.” untuk bersinergi dan mengepakkan sayap membangun semangat berbagi.
Dalam sebuah tradisi masa bakti sebuah organisasi, sudah sepantasnya bagi saya sekaligus personel yang ada didalamnya untuk kembali me-refresh ingatan pada setahun yang lalu guna menganalisa kekurangan dan kelemahan kinerja organisasi yang telah dilalui sebagai bahan introspeksi dan pembenahan diri agar perjalanan organisasi ke depan lebih baik.
Agupena Jateng, dalam perjalanannya pasca pelantikan di LPMP Jawa Tengah setahun silam, sepertinya mengalami proses yang patut dikritisi bersama. Beberapa kegiatan yang dirumuskan dalam Rapat Kerja I Agupena Jawa Tengah di SMK N 7 Semarang tanggal 26 Pebruari 2009 sebagian memang telah berhasil dilaksanakan. Seminar Nasional dan Lomba Penulisan, Bedah Buku dan Workshop Penulisan Artikel, Audiensi dengan PMPTK/SEAMOLEC/Dinas Pendidikan Jawa Tengah, Silarurahmi dan Rakor Agupena dan seminggu lagi Diskusi Kepenulisan Di LPMP Jawa Tengah merupakan program yang berhasil digelar di tengah kesibukan para pengurusnya yang luar biasa.
Khusus mengenai pelebaran sayap organisasi, alhamdulillah berkat kerjasama antarpengurus baik di tingkat provinsi maupun kabupaten sampai saat ini telah terbentuk 12 kepengurusan Agupena tingkat kabupaten/kota meliputi Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Kendal, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Pekalongan, Kab dan Kota Magelang, Kabupaten Blora, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Pemalang, dan terakhir kalau tidak ada aral melintang, tanggal 14 Pebruari 2010 saat diskusi kepenulisan akan dikukuhkan 3 (tiga) kepengurusan meliputi Kota Semarang, Kabupaten Semarang dan Kabupaten Cilacap.
Ada sebuah kemajuan di satu sisi, namun juga tidak dimungkiri adanya stagnansi di sisi lainnya. Sebut saja Agupena tingkat cabang yang telah terbentuk sampai saat ini gaungnya masih belum terdengar untuk bersama-sama mengemban misi suci “membudayakan menulis di kalangan guru. Sejatinya Agupena tingkat cabang yang telah berdiri itu setapak demi setapak mencoba berdiri dan mengimplementasikan janji organisasinya.
Selain itu, ada 3 (tiga) hal yang sempat terekam sebagai sebuah masukan dan perlu dikaji bersama. Pertama, adanya pandangan bahwa guru penulis sibuk mengurus organisasi telah menyebabkan melemahnya aktivitas menulis. Sampai detik ini, saya belum bisa memahami kebenaran pendapat itu. Dalam pemahaman saya, organisasi diharapkan berjalan dan aktivitas menulis pun juga sami mawon, berjalan juga. Aktivitas tulis menulis dapat disalurkan dan difasilitasi via blog ini. Bahkan beberapa teman bisa sharing tentang dunia tulis menulis dan sebagian pengunjung blog agupenajateng.net mengatakan sangat bermanfaat dengan hadirnya blog ini, tidak hanya dari warga guru Jateng tapi juga daerah lainnya. Seperti di sini dan di sini.
Kedua, dalam sebuah tulisan ada yang menyatakan bahwa Agupena masih menjadi ‘macan ompong’ dalam ikut mewujudukan budaya menulis. Untuk yang satu ini saya menanggapinya dengan tersenyum manis. Jawabannya ya, tapi juga belum tentu. Ya, karena tadi, agupena di tingkatan kabupaten/kota belum bergerak semua atau belum terbentuk semua. Sedangkan jawaban belum tentu karena Agupena memang tidak dipersiapkan untuk menjadi ‘macan buas”. Agupena lebih kepada organisasi profesi yang memungkinkan terbangunnya semangat berbagi di bidang kepenulisan.
Ketiga, terbatasnya pendanaan. Organisasi Agupena yang telah berumur 1 (satu) tahun lebih 3 (tiga) hari dihadapkan pada keadaan dapur organisasi yang belum mapan. Butuh kreativitas dan perjuangan ekstra dari setiap personel untuk mengatasi masalah yang satu ini. Militansi, komitmen dan tanggung jawab menjadi sesuatu yang tidak bisa ditawar lagi. Sejauh ini alhamdulillah, keterbatasan itu tidak menjadi penghalang untuk terus bergerak dan bergerak. Bagi mereka yang kemudian “menyerah” di tengah jalan maka tidak ada jalan, selain ditinggal saja.
Ketiga persoalan itu bagi saya menjadi kecil, ketika sampai saat ini pengurus Agupena Jateng masih solid dan menunjukkan komitmennya untuk terus mengayuh perahu organisasi sampai pulau impian, sebesar apapun karang dan ombak yang menghadang. Tahun 2010, tepatnya 4 Pebruari perlu menjadi semacam pengingat akan perlunya spirit baru untuk rmelahirkan improvisasi dan gebrakan baru demi teruwujudnya organisasi yang sehat dan bermanfaat.
Sungguh disayangkan kalau pada akhirnya Agupena hanya menjadi organisasi papan nama, yang seolah hidup enggan, mati pun tak mau. Semoga tidak demikian adanya. Organisasi bukanlah ladang permainan ataupun sekedar tempat numpang nama, ia merupakan amanah yang butuh keseriusan karena kelak akan dipertanyakan dan dipertanggungjawabkan.
Nah, kepada pengurus dan anggota Agupena Jateng serta para pengunjung blog ini bagaimana menurut jenengan? Mohon saran dan masukannya!
Salam Agupena!
Deni Kurniawan As’ari, Pegiat Agupena Jawa Tengah
Sumber : http://agupenajateng.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar