TUJUH HUKUM BESI DALAM MENULIS KARYA ILMIAH
(Resensi Buku)
Judul Buku : Cerdas Menulis Karya Ilmiah
Nama Penulis : Dr. Sudaryanto
Penerbit : Program Pascasarjana Universitas Widya Dharma Klaten bekerja sama dengan Yayasan Ekalawya
Tahun terbit : 2011
Edisi/Cetakan : Edisi Kedua Cetakan pertama, Mei 2011
Tebal Buku : 96 halaman
Ukuran buku : 21 Cm
Total Wacana : 16
Dalam kategori SeKaR (Seri Karya Ramping)
***
Awalnya saya tidak menyangka bahwa saya akan dipertemukan dengan “Eyang Guru” –[Yang oleh sejawatnya dijuluki “Peneroka Hakikat Bahasa” dan yang di-PERSONA-kan di harian Kompas (halaman 23), Minggu, 20 Desember 2009, sebagai “Akar Budi Baik”], beliau adalah Dr. Sudaryanto, seorang ilmuwan bahasa.
***
Sungguh pertemuan yang menyejukkan hati dan membukakan pikiran saya untuk meneladani kepiawaiannya dalam mengucapkan, membaca, dan menuliskan tanda-tanda kehidupan. Ingin rasanya diri saya menjadi ikon yang ikonik untuk beliau. Telah dua semester mengikuti kuliah semiotik dari beliau, saya menjadi sosok yang istimewa. Istimewanya terutama karena hanya diri saya yang mengikuti kuliah tentang ilmu tanda dalam dua semester (yang lain satu semester selesai). Ya, beginilah saya yang kadang risih dipanggil oleh rekan-rekan sebagai mahasiswa “tunggakan”. Meskipun demikian saya merasa sangat beruntung dengan kondisi ‘nunggak’ ini, karena dapat memperoleh lebih banyak tanda-tanda yang ikonik dari Dr. Sudaryanto yang juga penulis buku berjudul CERDAS MENULIS KARYA ILMIAH ini.
***
Ketika saya dihadiahi buku ini di ruang kuliah Pascasarjana Unwidha Klaten saya langsung minta tanda tangan, akan tetapi beliau menolak tanda tangan yang bagi saya sebagai Ikon Verbal Subjenis Estetik Literer. Saya takut jangan-jangan saya dianggap membuat Hadiran Interpretasi Apresiatif oleh beliau, dan saya merasa malu di hadapan Kelas E (Kampus). Rasa malu inilah yang mendorong saya untuk membaca dengan cermat dan tuntas buku ini untuk akhirnya kelak saya minta tanda tangan Grafemik Metamorgrafis beliau. Semoga dengan resensi ini beliau memaafkan diri saya dan berkenan memasukkan saya ke kelas berikutnya.
***
Wacana ke-1 Tulis! Tulis! Sekali lagi. Tulis! seterusnya sampai Wacana ke-16 senantiasa menggunakan verba-verba yang “menyiksa”, terutama menyiksa diiri saya dan siapa pun yang membaca dengan serius. Isi pokok buku ini sudah jelas tertera dalam label penerbitan yang diawali dengan kutipan UU RI No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 49 ayat (2), yang berbunyi “Profesor memiliki kewajiban khususnya untuk menulis buku dan karya ilmiah serta menyebarluaskan gagasannya untuk mencerahkan masyarakat”. Dalam alinea kedua PRAKATA-nya lebih tegas dinyatakan kepada siapa buku ini ditujukan. Kepada Anda! Ini dia kalimatnya “Mengingat kelompok yang paling dekat dengan kegiatan tulis-menulis ilmiah itu dosen dan guru yang mukim di jalur pendidikan formal, maka untuk merekalah terutama buku ini ditujukan.”
Adapun “Tujuh Hukum Besi dalam Menulis Karya Ilmiah” yang merupakan isi pokok buku ini adalah :
SATU : Berani menulis; dan memang langsung menulis (halaman 2).
DUA : Berani mengatasi rasa malu; sanggup memupukkehendak mau; mempercayai diri sendiri mampu (halaman 8).
TIGA : Melangkah! Melangkah mencari untukmendapatkan (halaman 12).
EMPAT : Proaktiflah! (halaman 19).
LIMA : Mencintai-mencintai ilmu Anda dan objek kajian ilmu Anda (halaman 20).
ENAM : Bersedia mematuhi dan berjalan menuruti proses (halaman 54).
TUJUH : Membiasakan diri teratur, jujur, menghargai (halaman 59).
Selanjutnya perkenankan saya mengutip sebagian kecil dari Bonus enam yang terdapat pada Wacana 16 yang bagi saya menjadi penting untuk saya pentingkan.
…………………………………………………………………………………………………….
“Saya perlu menyadari sesadar-sadarnya bahwa saya orang penting di hadapan anda; sungguh-sungguh penting. Mengapa? Karena saya mempunyai sesuatu yang saya yakini berharga yang dapat dan layak saya berikan kepada siapa saja yang mau dan merasa membutuhkan, termasuk anda. Sesuatu yang berharga itu apa? Ya ini semua, yang saya tulis ini; yang ada di hadapan anda saat ini. (Paham kan?) Penegasan ini bukan kesombongan. Penegasan ini adalah peyakinan bermata dua; membuat saya terlebih-lebih anda menjadi pribadi yang semakin tegak, tegap, dan tegar.
. . .
Hanya, saya sarankan anda jangan terpaku melulu pada pernyataan saya yang terkesankan besar mulut itu. [Ah, betapa beraninya menyatakan dirinya sendiri orang penting!) Bila saya katakan saya orang penting, logikanya pasti ada orang yang lebih penting. Ini logika degree of comparison menurut mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah lanjutan itu. Lalu siapa dia orang yang lebih penting itu? Orang yang lebih penting daripada saya itu tidak lain dan tidak bukan adalah anda; anda sendiri! Yakinlah, anda adalah orang yang lebih penting daripada saya.” (Dr. Sudaryanto, 2011:84-85)
………………………………………………………………………………………………………..
Akhirnya betul juga sangka saya; bahwa saya merasa lebih penting untuk meresensi buku ini. Meskipun demikian Andalah yang paling penting untuk segera mulai menulis. Tulis dan menulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar