Senin, 07 September 2009

PTK MDR

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENDENGARKAN

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MDR


ABSTRACT

Riyadi, Classroom Action Research in form of educational research of language lesson and Indonesian Art at Junior High School Student. Specification of this research problem was listening study model with used local area networking (LAN). This matter was done because writer see the existence of language skill aspect which do not expand among all student specially in State Junior High School 15 Purworejo. Population of this research was the VIII class student of State Junior High School 15 Purworejo at 1 semester academic year 2005-2006, a number of 200 students owning same characteristic, that is less skillful in listening and permeating immeasurable information of oral discourse. The research sample was number of 39 students of VIII-C class of State Junior High School 15 Purworejo. The data was taken with the enquette, interview, test, observation and analyze electronic portofolio. This research action was apply listening to hear – embrace study model (MDR) with used local area networking (LAN) in class laboratory. This action was executed in three-cycle study with each procedure every cycle consisted of planning, action execution, observation and reflection. At third cycle, the result of student's skill of VIII-C class is 65.6 and there is only 7 student getting value under 60.0. The conclusion of the writer is that listening study more precise uses the MDR model than traditional model.

Keyword: the wonder of listening



PENDAHULUAN

Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik diperlukan penguasaan keterampilan berbahasa yang mencakup 4 (empat) aspek, yaitu mendengarkan/menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Tanpa mengesampingkan peranan dan fungsi aspek yang lain, mendengarkan (menyimak) merupakan aspek keterampilan berbahasa yang potensial dalam penyerapan informasi dan pemahaman beragam wacana lisan. Bagi siswa SMP, keterampilan mendengarkan berperan penting dalam proses penguasaan kompetensi-kompetesi bahan kajian setiap mata pelajaran.

Mengingat pentingnya keterampilan mendengarkan tersebut, maka guru harus mampu menyampaikan pembelajaran mendengarkan dengan model pembelajaran yang sesuai agar tujuan pembelajaran mendengarkan dapat tercapai secara optimal.

Data hasil observasi pada ulangan harian, dan ulangan umum semester 2 tahun pelajaran 2004/2005 lebih dari 75% siswa SMP Negeri 15 Purworejo tidak mampu menyerap informasi lisan dengan baik. Nilai hasil tes menyimak pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia rata-rata 53. Hal ini menunjukkan bahwa nilai aspek menyimak masih kurang dari batas tuntas penguasaan kompetensi, yaitu 65,0.

Pembelajaran keterampilan berbahasa khususnya keterampilan mendengarkan masih bersifat tradisional, yaitu disampaikan dalam bentuk menyimak pembacaan wacana (correct reading), sedangkan model pembelajaran yang digariskan dalam kurikulum berupa mendengarkan wacana lisan (listening). Hal ini menjadikan siswa tidak terlibat kegiatan mendengarkan secara intensif.

Hasil pengamatan kegiatan pembelajaran mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sehari-hari sebagian besar siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Purworejo mengalami kesulitan dalam menyerap informasi dari berbagai bentuk wacana lisan. Kenyataan ini menguatkan asumsi bahwa penguasaan keterampilan mendengarkan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia memang sulit. Kesulitan terindikasi pula dalam kegiatan guru dalam membuat rancangan pembelajaran, menetapkan sumber belajar, menggunakan media belajar, dan menilai hasil belajar. Pembelajaran aspek mendengarkan perlu dikaji ulang, ditingkatkan, bahkan diperbaharui, agar tidak timbul dampak yang lebih buruk terhadap proses pembelajaran aspek-aspek bahasa dan sastra Indonesia yang lain.

Atas dasar indikasi-indikasi kesulitan pembelajaran menyimak, serta pentingnya pembelajaran aspek mendengarkan bagi siswa, perlu diadakan penelitian guna menemukan model pembelajaran menyimak dan media pembelajaran yang relevan. Namun, mengingat siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Purworejo tahun pelajaran 2005/2006 berjumlah 200 anak terbagi dalam 5 kelas, dan mengingat pula keterbatasan kesempatan dan banyaknya permasalahan, maka peneliti hanya akan meneliti variabel-variabel sebagai berikut.

  • Model Pembelajaran Menyimak Dengar – Rangkum dengan menggunakan media Local Area Networking (LAN) selanjutnya disebut dengan Model Pembelajaran MDR.
  • Peningkatan keterampilan mendengarkan dalam Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bagi siswa kelas VIII-C SMP Negeri 15 Purworejo pada semester 1 tahun pelajaran 2005/2006.

    Dengan fokus dua variabel tersebut di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah:

    Apakah melalui model pembelajaran MDR dapat meningkatkan keterampilan mendengarkan siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Purworejo.

    LANDASAN TEORI

    1. Hakikat Menyimak

    Menyimak ialah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya (Sabarti Akhadiah, 1992).

    Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi, untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. (Tarigan, 1993:19)

    Menyimak merupakan suatu keterampilan berbahasa yang tidak dapat lepas dari kehidupan manusia sehari-hari baik di lingkungan formal maupun informal.

    2. Pembelajaran Menyimak di SMP

    Salah satu standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP mengarahkan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia untuk meningkat-kan kemampuan siswa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis, serta menumbuhkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia Indonesia. Standar kompetensi ini dimaksudkan agar siswa siap mengakses situasi multiglobal dan lokal yang berorientasi pada keterbukaan dan kemasadepanan (Depdiknas, 2003:2).

    3. Keterampilan Mendengarkan

    Standar kompetensi kelas aspek mendengarkan yang diharapkan dimiliki siswa SMP kelas VIII meliputi kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra.

  • Kemampuan Berbahasa : Mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan, mengungkapkan kembali isi berita dari radio/televisi, dan menangggapi pembacaan laporan perjalanan.
  • Kemampuan Bersastra : Mampu mendengarkan dan memahami serta menanggapi berbagai ragam wacana lisan sastra melalui mendengarkan pembacaan kutipan novel terjemahan. (Depdiknas, 2003:4)

    Secara teoretis keterampilan mendengarkan siswa SMP dapat ditingkatkan melalui proses pembelajaran.

    4. Model Pembelajaran Menyimak

    Proses komunikasi berlangsung melalui tiga media, yaitu: nonverbal (visual); lisan (oral); dan tulis (written). Komunikasi lisan dan tulis sangat erat hubungannya, karena isi dan kegunaannya yang saling berkaitan. Dalam bahasa terdapat sejumlah satuan yang sekaligus membutuhkan kedua-duanya, dan situasi-situasi lainnya yang membutuhkan dua bahkan tiga media yang telah diutarakan di muka. (Woolcatt dan Unuru dalam Tarigan, 1993: 19).

    Menyimak sebagai salah satu kegiatan berbahasa merupakan keterampilan yang cukup mendasar dalam aktivitas berkomunikasi. Dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP sudah sering diajarkan menyimak cerita, menyimak berita, menyimak pengumuman, menyimak laporan, dan sebagainya, tetapi tidak semua siswa mampu menyimak dengan baik.

    Untuk menyempurnakan pembelajaran menyimak dapat diterapkan model pembelajaran : (1) Menyimak Dengar – Ucap (MDU), (2) Menyimak Dengar – Tanya (MDTa), (3) Menyimak Dengar – Cerita (MDC), (4) Menyimak Dengar – Suruh (MDS), (5) Menyimak Dengar – Rangkum (MDR), (6) Menyimak Dengar – Teriak (MDTe), (7) Menyimak Dengar – Bisik Berantai (MDBB), (8) Menyimak Dengar – Lakukan (MDL), (9) Menyimak Dengar – Simpati (MDSi), dan (10) Menyimak Dengar – Kata Simon (MDKS). (Djago Tarigan, 1980:50-51)

    5. Model Pembelajaran MDR (Menyimak Dengar – Rangkum)

    Yang dimaksud dengan model pembelajaran MDR adalah siswa menyimpulkan isi bahan simakan secara singkat. Dalam model pembelajaran ini siswa dituntut untuk menyimak secara kritis, yaitu jenis menyimak intensif dengan maksud dan tujuan untuk mencapai tingkatan fakta-fakta yang diperlukan untuk membuat suatu kesimpulan (Anderson dalam H.G. Tarigan, 1984:22).

    Perlakuan terhadap siswa yang diteliti adalah memberikan bahan simakan yang dapat diakses langsung dari satu sumber/server baik secara kelompok maupun individual melalui jaringan komputer local area network (LAN), sekaligus menginterpretasikan rangkuman simakan ke dalam komputer cloning masing-masing siswa.

    Penerapan model pembelajaran MDR digambarkan sebagai berikut.

    Siklus I Siklus II Siklus III

    Berdasarkan kerangka teoretis dan kerangka berpikir di atas hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:

    melalui penerapan model pembelajaran MDR dengan menggunakan media LAN dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dapat meningkatkan keterampilan mendengarkan siswa kelas VIII-C SMP Negeri 15 Purworejo tahun pelajaran 2005/2006.


    METODE PENELITIAN


    Penelitian direncanakan berlangsung selama lima bulan dari bulan Agustus sampai dengan bulan Desember 2005. Pengambilan waktu tersebut bertepatan dengan pelaksanaan kegiatan belajar pada semester 1 tahun pelajaran 2005/2006 di SMP Negeri 15 Purworejo.

    Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIII-C SMP Negeri 15 Purworejo semester 1 tahun pelajaran 2005/2006. Warga belajar di kelas tersebut memiliki karakteristik yang sama atau hampir sama, yaitu kurang terampil dalam kegiatan mendengarkan. Hal itu, dapat dilihat dari ketuntasan belajar klasikalnya masih di bawah skor 60.

    Sumber data dalam penelitian adalah siswa dan guru. Data diperoleh dari nilai tes menyimak dan hasil rangkuman siswa. Peneliti sekaligus melakukan tindakan, sehingga data juga diperoleh dari hasil observasi guru selama pembelajaran MDR berlangsung.

    Data dikumpulkan dengan teknik tes untuk mengukur keterampilan tingkat mendengarkan siswa, dan teknik observasi untuk mencermati pelaksanaan kegiatan pembelajaran MDR dan mengklasifikasi hasil rangkuman siswa. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini berupa soal tes dan lembar pengamatan.

    Untuk menganalisis data peneliti menggunakan uji komparatif dan analisis deskriptif.

    Uji komparatif dilakukan dengan membandingkan rata-rata nilai hasil tes setiap siklus dengan indikator kinerja siklus yang bersangkutan. Uji komparatif juga dilakukan pada rata-rata nilai hasil tes antarsiklus, yaitu rata-rata nilai hasil tes siklus I dibandingkan dengan rata-rata nilai hasil tes siklus II, rata-rata nilai hasil tes siklus II dibandingkan dengan rata-rata nilai hasil tes siklus III. Hal ini dilakukan untuk melihat perkembangan keterampilan menyimak siswa.

    Tingkat keterampilan menyimak siswa juga dilihat dari hasil rangkumannya selama mengikuti kegiatan pembelajaran menyimak. Dalam hasil rangkuman terdapat data berupa ejaan, struktur kalimat, kosa kata dan isi rangkuman. Oleh karena itu dalam penelitian ini juga digunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui skor hasil rangkuman siswa dalam empat kategori, yaitu amat baik (skor 86 – 100), baik (skor 71 – 85), cukup baik (skor 56 – 70), dan kurang baik (skor 0 – 55).

    Untuk mengetahui tindakan yang tepat dalam menerapkan model pembelajaran MDR setiap siklus diberikan indikator kinerja.

    1. Indikator kinerja pada siklus I

  • Rata-rata nilai hasil tes menyimak ™ 60.
  • Skor hasil rangkuman rata-rata berkategori cukup baik atau baik.

    2. Indikator kinerja pada siklus II

  • Rata-rata nilai hasil tes menyimak ™ 62,5.
  • Skor hasil rangkuman rata-rata berkategori baik atau amat baik.

    3. Indikator kinerja pada siklus III

  • Rata-rata nilai hasil tes menyimak ™ 65.
  • Skor hasil rangkuman rata-rata berkategori amat baik.


    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Data Pra Siklus

    Sebelum melakukan tindakan, peneliti membagikan angket kepada seluruh siswa kelas VIII-C yang menjadi subjek penelitian. Hasil angket mengacu hal-hal sebagai berikut.

  • Pada umumnya siswa kurang menyukai pembelajaran menyimak;
  • Siswa yang mendapat nilai keterampilan mendengarkan di bawah 60,0 sejumlah 30 atau 77,9%.
  • Siswa yang termotivasi terhadap pembelajaran menyimak 6 siswa atau 15,3%.
  • Siswa yang mengalami kesulitan dalam membuat rangkuman hasil simakan sejumlah 32 atau 82%.
  • Guru mengajar dengan model pembelajaran MDR belum pernah ada atau 0%.

    Berpedoman pada data awal tersebut, maka dilaksanakan penelitian dalam 3 siklus.

    Hasil Penelitian Siklus I

    Rencana Pembelajaran (RP) 01 berintikan penjelasan guru tentang tatacara menyimak dan membuat rangkuman, kegiatan menyimak, kegiatan membuat rangkuman, dan kegiatan tes keterampilan menyimak. Peneliti melaksanakan model pembelajaran MDR di ruang laboratorium komputer LAN SMP Negeri 15 Purworejo. Siswa kelas VIII-C SMP Negeri 15 Purworejo memasuki ruang tersebut untuk mengikuti pembelajaran.

    Siswa menyimak sumber suara dari server sambil membuat rangkuman hasil simakan ke dalam komputer kloning masing-masing.

    Pada akhir pembelajaran dilaksanakan kegiatan evaluasi berupa tes menyimak untuk siswa. Tes menyimak 1 ( ™1 ) jumlah soal 5 dengan bobot skor setiap soal 2 skor maksimal 10 dan Tes menyimak 2 ( ™2 ) jumlah soal 5 dengan bobot skor setiap soal 3 skor maksimal 15. Total skor menyimak ( ™ ) maksimal 25 dikonversikan dengan tabel penilaian yang telah diprogramkan dalam komputer.

    Pada Instrumen Monitoring Observasi Kelas dapat diidentifikasi bahwa guru memberi motivasi kepada siswa dalam skala penilaian C yang berarti guru masih kurang memotivasi siswa. Hal ini terjadi terutama dalam tahap pendahuluan. Metode penyajian juga masih dalam skala nilai C yang berarti guru masih mengikat siswa dengan membatasi kreativitas siswa dalam proses menyimak. Partisipasi siswa masih dalam skala nilai C yang menunjukkan bahwa guru masih mendominasi proses pembelajaran tersebut.

    Analisis proses tindakan peneliti, observasi, dan hasil tes pada siklus pertama siswa dapat digambarkan ini sebagai berikut.

  1. Berdasarkan Tabel 1.1 dari 39 siswa kelas VIII-C yang hadir dalam penelitian dan diberikan tes menyimak mendapat nilai tes menyimak di atas 60,0 sejumlah 4 siswa atau 10,2%; mendapat nilai 60,0 10 siswa atau 25,6%, dan mendapat nilai di bawah 60,0 sejumlah 25 siswa atau 64,1%. Rata-rata nilai tes menyimak pada siklus I 56,2.
  2. Berdasarkan Tabel 1.2 dari 39 siswa kelas VIII-C yang hadir ketika diadakan penelitian hasil rangkumannya berkategori amat baik 1 siswa, berkategori baik 24 siswa, berkategori cukup baik 13 siswa, dan berkategori kurang baik 1 siswa. Skor rata-rata hasil rangkuman siswa pada siklus I berkategori baik.

    Keterampilan menyimak siswa berdasarkan hitungan meningkat 3,2%. Angka peningkatan keterampilan menyimak tersebut, telah membuktikan keberadaan model pembelajaran menyimak yang lebih berhasil daripada menggunakan metode yang masih tradisional, meskipun belum mencapai indikator kinerja sebagaimana yang direncanakan.


    Pembelajaran Siklus II (Rencana Pembelajaran no. 02) berintikan penjelasan guru tentang tatacara menyimak dan membuat rangkuman, kegiatan menyimak, kegiatan membuat rangkuman, dan kegiatan tes keterampilan menyimak.

    Pada jam pelajaran yang telah direncanakan, peneliti siap di ruang laboratorium komputer LAN SMP Negeri 15 Purworejo, siswa kelas VIII-C SMP Negeri 15 Purworejo memasuki ruang tersebut untuk mengikuti pembelajaran. Siswa menyimak sumber suara dari server sambil membuat rangkuman tertulis dalam komputer kloning masing-masing.

    Pada akhir pembelajaran dilaksanakan kegiatan evaluasi berupa tes menyimak. Tes menyimak 1 ( ™1 ) jumlah soal 5 dengan bobot skor setiap soal 2 skor maksimal 10 dan Tes menyimak 2 ( ™2 ) jumlah soal 5 dengan bobot skor setiap soal 3 skor maksimal 15. Total skor menyimak ( ™ ) maksimal 25 dikonversikan dengan tabel penilaian yang telah diprogramkan dalam komputer.

    Pada Instrumen Monitoring Observasi Kelas dapat diidentifikasi bahwa guru memberi motivasi kepada siswa dalam skala penilaian C yang berarti guru masih kurang memotivasi siswa dalam tahap pelaksanaan. Metode penyajian juga masih dalam skala nilai B yang berarti guru tidak lagi membatasi kreativitas siswa untuk menentukan proses kegiatan siswa. Partisipasi siswa dalam skala nilai B yang menunjukkan bahwa siswa aktif mengikuti proses pembelajaran tersebut.

    Analisis proses tindakan, observasi, dan hasil tes siswa dapat diperoleh gambaran hasil penelitian pada siklus kedua ini sebagai berikut:

    a. Dari 39 siswa kelas VIII-C yang hadir ketika diberikan tes menyimak dalam penelitian ini mendapat nilai di atas 60,0 sejumlah 16 atau 41,0%; mendapat nilai 60,0 sejumlah 11 siswa atau 28,2% dan mendapat nilai di bawah 6,00 sejumlah 12 siswa atau 30,8%. Rata-rata nilai hasil tes menyimak siklus kedua 60,9.

    b. Dari 39 siswa kelas VIII-C yang hadir ketika diadakan penelitian hasil rangkumannya berkategori amat baik 6 siswa, berkategori baik 23 siswa, berkategori cukup baik 10 siswa, dan berkategori kurang baik tidak ada. Skor rata-rata hasil rangkuman siswa pada siklus II berkategori baik.

    Persentase peningkatan keterampilan menyimak berdasarkan perhitungan rata-rata nilai tes menyimak adalah 4,7%. Peningkatan ini telah menunjukkan adanya gejala meningkat dari proses tindakan pada siklus I. Karena proses belum mencapai indikator kinerja sebagaimana diharapkan pada indikator kinerja siklus II, maka peneliti melanjutkan penelitian dengan tindakan pada siklus III.

    Hasil Penelitian Siklus III

    Pembelajaran Siklus III (Rencana Pembelajaran no. 03) berintikan penjelasan guru tentang tatacara menyimak dan membuat rangkuman, kegiatan menyimak, kegiatan membuat rangkuman, dan kegiatan tes keterampilan menyimak.

    Pada jam pelajaran yang telah direncanakan, peneliti telah siap di ruang laboratorium komputer LAN SMP Negeri 15 Purworejo, siswa kelas VIII-C SMP Negeri 15 Purworejo memasuki ruang tersebut untuk mengikuti pembelajaran. Siswa menyimak sumber suara dari server sambil membuat rangkuman hasil simakan ke dalam komputer kloning masing-masing.

    Pada akhir pembelajaran dilaksanakan kegiatan evaluasi berupa tes menyimak dalam 3 bentuk TM. Tes menyimak 1 ( ™1 ) jumlah soal 5 dengan bobot skor setiap soal 1 skor maksimal 5, tes menyimak 2 ( ™2 ) jumlah soal 5 dengan bobot skor setiap soal 2 skor maksimal 10 dan tes menyimak 3 ( ™3 ) jumlah soal 5 dengan bobot skor setiap soal 3 skor maksimal 15. Total skor menyimak ( ™ ) maksimal 30 dikonversikan dengan tabel penilaian yang diprogram dalam komputer.

    Pada Instrumen Monitoring Observasi Kelas dapat diidentifikasi bahwa guru memberi motivasi kepada siswa dalam skala penilaian B yang berarti guru berhasil memotivasi siswa dalam keseluruhan proses pembelajaran.

    Metode penyajian juga dalam skala nilai B yang berarti guru berhasil memotivasi kreativitas siswa untuk mengikuti proses pembelajaran.

    Partisipasi siswa masih dalam skala nilai A yang menunjukkan bahwa guru berhasil membangun proses pembelajaran tersebut.

    Berdasarkan hasil proses tindakan, observasi, dan tes pada siklus ketiga dapat dianalisis sebagai berikut:

  3. Dari 39 siswa kelas VIII-C yang hadir ketika diadakan penelitian dan tes menyimak yang mendapat nilai menyimak di atas 60,0 sejumlah 29 atau 74,4%; yang mendapat nilai 60,0 sejumlah 3 siswa atau 7,7%, dan yang mendapat nilai di bawah 6,00 sejumlah 7 siswa atau 17,9%. Rata-rata nilai hasil tes menyimak siklus ketiga 65,6.
  4. Dari 39 siswa kelas VIII-C yang hadir ketika diadakan penelitian mendapat penelitian hasil rangkumannya berkategori amat baik 28 siswa, berkategori baik 8 siswa, berkategori cukup baik 5 siswa, dan berkategori kurang baik 0. Skor rata-rata hasil rangkuman siswa pada siklus I berkategori amat baik.

    Peningkatan keterampilan menyimak dari siklus II ke siklus III mencapai 4,7%. Hasil ini sama dengan peningkatan dari siklus I ke siklus II. Di samping itu indicator kinerja siklus III telah tercapai yaitu dengan terbukti nilai rata-rata tes menyimak siswa mencapai 65,6 atau telah mencapai batas tuntas pembelajaran.]

    Pembahasan

    1. Uji Komparatif

    Rata-rata nilai hasil tes menyimak pada siklus I 56,2. Indikator kinerja siklus I menyatakan rata-rata nilai hasil tes menyimak 60,0. Hasil tindakan belum mencapai indikator yang diharapkan, tetapi telah menunjukkan gejala peningkatan dari keadaan semula yaitu rata-rata nilai tes menyimak 53.

    Rata-rata nilai hasil tes menyimak pada siklus II 60,9. Indikator kinerja siklus I menyatakan rata-rata nilai hasil tes menyimak 62,5. Hasil tindakan belum mencapai indikator yang diharapkan, tetapi telah menunjukkan gejala peningkatan dari proses tindakan pada siklus I, yaitu rata-rata nilai tes menyimak 56,2.

    Rata-rata nilai hasil tes menyimak pada siklus III 65,6. Indikator kinerja siklus I menyatakan rata-rata nilai hasil tes menyimak 65,0. Hasil tindakan telah mencapai indikator yang diharapkan, dan telah menunjukkan gejala peningkatan dari keadaan semula yaitu rata-rata nilai tes menyimak 53.

    Rata-rata nilai hasil tes pada setiap siklus mengalami peningkatan yang besarnya relatif sama, yaitu dari siklus I ke siklus II meningkat 4,7% dan dari siklus II ke siklus III juga 4,7%. Rata-rata peningkatan hasil tes menyimak keseluruhan dari keadaan pra penelitian sampai paska penelitian adalah (3,2+4,7+4,7) = (12,6 / 3) X 100% = 4,2% Jadi perkembangan keterampilan menyimak siswa dengan diadakannya proses tindakan melalui model pembelajaran MDR dengan media LAN mencapai 12,6 atau rata-rata 4,2%.

    2. Analisis Deskriptif

    Tingkat perkembangan keterampilan menyimak siswa juga dapat dilihat dari hasil rangkumannya selama mengikuti kegiatan pembelajaran menyimak. Dalam hasil rangkuman terdapat data berupa ejaan, struktur kalimat, kosa kata dan isi rangkuman.

    Skor rata-rata hasil rangkuman siswa pada siklus I berkategori baik, skor rata-rata hasil rangkuman siswa pada siklus II juga berkategori baik, skor rata-rata hasil rangkuman siswa pada siklus III berkategori amat baik. Hal ini menunjukkan adanya dukungan validitas proses tindakan melalui model pembelajaran MDR dengan penggunaan media LAN pada setiap siklus terdapat peningkatan keterampilan siswa dalam membuat rangkuman hasil simakan. Peningkatan ini juga mengindikasikan perubahan meningkatnya keterampilan siswa dalam menyimak/mendengarkan.

    PENUTUP

  • Simpulan

    Berdasarkan uji komparatif dan analisis deskriptif dapat diidentifikasi bahwa rata-rata nilai hasil tes menyimak pada siklus I 56,2, rata-rata nilai hasil tes menyimak pada siklus II 60,9, dan rata-rata nilai hasil tes menyimak pada siklus III 65,6, maka dapat dikatakan bahwa hasil pembelajaran menyimak dengan model pembelajaran MDR senantiasa meningkat.

    Peningkatan hasil tes menyimak sebesar rata-rata 4,2% dan perkembangan skor hasil rangkuman menjadi rata-rata amat baik, menunjukkan bahwa proses tindakan berjenjang melalui model pembelajaran MDR dengan penggunaan media LAN berhasil meningkatkan keterampilan menyimak siswa.

    Dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran MDR dengan menggunakan media LAN dapat meningkatkan keterampilan menyimak pada sejumlah siswa kelas VIII-C SMP Negeri 15 Purworejo.

    Dengan demikian adanya hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu melalui penerapan model pembelajaran MDR dengan menggunakan media LAN dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dapat meningkatkan keterampilan mendengarkan siswa kelas VIII-C SMP Negeri 15 Purworejo tahun pelajaran 2005/2006 dapat diterima.

  • Implikasi

    Simpulan hasil penelitian di atas sekaligus menjadi salah satu solusi atas permasalahan dalam penelitian ini yaitu Apakah melalui model pembelajaran MDR dapat meningkatkan keterampilan mendengarkan siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Purworejo.

  • Saran

    Dengan diterimanya hipotesis penelitian ini, maka perlu adanya tindakan-tindakan yang relevan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, perlu kiranya penulis sampaikan saran-saran sebagai berikut.

  • Kepala sekolah hendaknya memberikan kesempatan kepada setiap guru untuk mengembangkan media pembelajaran.
  • Setiap guru hendaknya menyikapi perubahan kurikulum dengan penuh semangat dan dedikasi.


    DAFTAR PUSTAKA


    Akhadiah, Sabarti, dkk. 1991. Bahasa Indonesia. Jakarta : Direktort Jenderal Pendidikan Tinggi.

    ---------------------. 1992. Pembinaan Kemampuan Menyimak Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga.

    Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP & MTs. Jakarta : Depdiknas.

    Kasmiyanto, Drs. dkk. 1997. Pengajaran Ketrampilan Berbahasa. Jakarta : Universitas Terbuka.

    Tarigan, Djago. 1990. Pendidikan Bahasa Indonesia. Jakarta : Universitas Terbuka.

    Tarigan, Henry Guntur. 1987. Teknik Pengajaran Ketrampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.

    ---------------------. 1993. Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa. Bandung : Angkasa.

2 komentar:

Riyadi mengatakan...

PTK MDR sudah dilakukan sejak 4 tahun yang lalu. Diuploadkan ke blog ini demi menjawab pertanyaan beberapa rekan MGMP Bahasa Indonesia SMP Kabupaten Purworejo.
Sungguh seperti apapun anggapan rekan-rekan namun pehuh saya harapkan untuk ikut andil menguplod hasil-hasil PTK di sini demi pembelajaran bersama. Semoga ini pun sebuah motivasi untuk Anda akan memberikan Hasil PTK yang lebih baik lagi. Semoga.

Riyadi mengatakan...

Kutunggu Kritik & Saran dari rekan-rekan semua. Salam Agupena.