Kamis, 21 Oktober 2010

Menyongsong Bulan Bahasa 2010

Menyongsong Bulan Bahasa dan Sastra 2010

Setiap memasuki bulan Oktober, ingatan kolektif bangsa kita tertuju pada sebuah suasana heorik ketika kaum muda kita pada tahun 1928 mengikrarkan Sumpah Pemuda. Salah satu butir penting yang diikrarkan, yakni menjunjung tinggi bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Sebuah ikrar penting dan strategis yang dilandasi sikap patriotik di tengah situasi represif yang terus dihembuskan oleh kaum kolonial pada zamannya, hingga akhirnya Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi.

Untuk mewarisi semangat patriotik para pendahulu negeri sekaligus menumbuhkembangkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi, bulan Oktober akhirnya ditetapkan sebagai Bulan Bahasa. Pada tahun ini, Pusat Bahasa sebagai "dapur" pembinaan dan pengembangan Bahasa Indonesia, telah menetapkan sejumlah agenda yang diharapkan makin mampu menumbuhsuburkan perkembangan Bahasa dan Sastra Indonesia di tengah perkembangan dan dinamika zaman yang terus bergerak menuju pusaran dan arus global. Tema yang diusung pada Bulan Bahasa dan Sastra 2010 adalah "Pembentukan Karakter Bangsa melalui Peningkatan Kualitas Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah".

Beberapa agenda yang digelar dilatarbelakangi oleh sebuah pemikiran bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki keragaman etnik dan budaya. Salah satu di antaranya adalah keragaman bahasa dan sastra. Keragaman bahasa dan sastra di Indonesia sungguh menjadi kekayaan yang tidak ternilai harganya. Peta Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia (2008) yang baru menggambarkan keragaman bahasa di sekitar 80% wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia telah mengidentifikasi tidak kurang dari 442 bahasa daerah di Indonesia. Jumlah itu tentu akan bertambah apabila wilayah yang belum diteliti itu berhasil dipetakan secara utuh.

Bertolak dari keragaman itu, bangsa Indonesia menjadi lebih paham akan arti persatuan. Meskipun beragam-ragam latar bahasanya, bangsa Indonesia terhubung satu sama lain melalui bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Meskipun penggunaan bahasa daerah dan bahasa Indonesia cenderung tergusur oleh pemakaian bahasa asing, bahasa Indonesia masih tetap memegang fungsinya sebagai sarana komunikasi yang menyatukan bangsa Indonesia. Yang diperlukan sekarang adalah bagaimana mengelola kekayaan itu agar dapat dimaksimalkan manfaatnya untuk kemajuan bangsa Indonesia.

Seirama dengan dinamika bahasa Indonesia itu, sastra di Indonesia juga membentuk dinamika tersendiri yang pada akhirnya dapat mencuatkan nilai keragaman budaya Indonesia yang membentuk jati diri dan karakter bangsa Indonesia. Dalam rangka itu, Pusat Bahasa, Kementerian Pendidikan Nasional akan menyelenggarakan Bulan Bahasa dan Sastra 2010 dengan memperluas cakupan program. Sesuai dengan kenyataan bahwa media komunikasi sudah begitu canggih dan bahasa Indonesia juga dipelajari di banyak negara, mulai tahun 2009 Bulan Bahasa dan Sastra juga melibatkan peserta BIPA dari berbagai negara dan para pengguna media yang canggih itu.

Bulan Bahasa dan Sastra 2010 melibatkan masyarakat luas, tidak hanya siswa, mahasiswa, guru, dan dosen, tetapi juga peserta program BIPA yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia serta masyarakat umum. Beberapa kegiatan diadakan untuk ajang berkarya atau berekspresi, beberapa kegiatan yang lain dirancang untuk memberikan penghargaan. Kegiatan pokok yang diangkat berupa lomba, sayembara, festival, penghargaan, pementasan, dan layanan.

Berikut ini adalah beberapa agenda yang diangkat pada Bulan Bahasa dan Sastra 2010.

  1. Sayembara Penulisan Proposal Penelitian Kebahasaan dan Kesastraan
  2. Sayembara Penulisan Esai Sastra
  3. Sayembara Penulisan Naskah Drama
  4. Sayembara Penulisan Cerita Rakyat
  5. Sayembara Penulisan Cerpen Remaja
  6. Sayembara Cipta Puisi Remaja
  7. Lomba Pembuatan Blog Kebahasaan dan Kesastraan
  8. Gerakan Cinta Bahasa Indonesia (GCBI)
  9. Parade Mural Kebahasaan dan Kesastraan
  10. Penilaian Penggunaan Bahasa Indonesia di Media Massa
  11. Bengkel Sastra
  12. Pentas Sastra
  13. Festival Musikalisasi Puisi
  14. Kuis Tiara Bahasa
  15. Debat Bahasa
  16. Duta Bahasa
  17. Layanan dan Pameran Kebahasaan
  18. Lomba Keterampilan Berbahasa Indonesia bagi Peserta BIPA

Puncak peringatan Bulan Bahasa dan Sastra 2010 akan dilaksanakan bertepatan dengan peringatan hari Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 2010. Pada acara itu akan dilaksanakan penyerahan hadiah, pementasan, dan persembahan karya kreatif kebahasaan dan kesastraan.

Informasi lengkap setiap kegiatan dapat dibaca dalam edaran khusus kegiatan itu. Informasi juga dapat diperoleh di balai/kantor bahasa terdekat atau panitia pusat dengan alamat berikut.

Seksi Humas dan Protokol
Panitia Pusat Bulan Bahasa dan Sastra 2010
Pusat Bahasa, Kementerian Pendidikan Nasional
Jalan Daksinapati Barat IV
Rawamangun
Jakarta Timur 13220
Telepon , 4706287, 4706288,
Faksimile
Pos-el:
bbspusat@gmail.com,
bbspusat@yahoo.com
Laman:
www.pusatbahasa.kemdiknas.go.id/

Berkas-berkas yang terkait dengan agenda Bulan Bahasa dan Sastra 2010 dapat diunduh pada link-link berikut ini!

  1. a. Penulisan Proposal – BBS 2010_hal1.pdf
  2. b. Penulisan Proposal – BBS 2010_hal2.pdf
  3. Sayembara Penulisan Esai-BBS 2010.pdf
  4. Sayembara Penulisan Naskah Drama-BBS 2010.pdf
  5. Brosur Cerita Rakyat 19810_update.pdf
  6. sayembara cerpen remaja-BBS 2010.pdf
  7. Cipta Puisi Remaja-BBS 2010.pdf
  8. Blog-BBS 2010.pdf
  9. Bengkel Sastra-BBS 2010.pdf
  10. Festival Musikalisasi Puisi-BBS 2010.pdf
  11. Kuis Tiara Bahasa-BBS 2010.pdf
  12. Debat Bahasa 19810_update.pdf
  13. Pemilihan Duta Bahasa-BBS 2010.pdf
  14. Edaran Lomba BIPA-BBS 2010.pdf

Informasi selengkapnya dapat dlihat di Laman Pusat Bahasa. Selamat berkompetisi, semoga sukses! Dirgahayu Bangsa, Tanah Air, dan Bahasaku! ***

Sumber : http://mgmpbismp.co.cc/

Selasa, 19 Oktober 2010

Ujian Nasional Akan Tetap Dijalankan

Ujian Nasional Akan Tetap Dijalankan
 Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah memerintahkan kepada Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), untuk mengevaluasi Ujian Nasional (UN) 2010. Menindaklanjuti instruksi tersebut Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh, telah melaksanakan berbagai analisis dan langkah konkret yang dianggap perlu.



"Sudah dilakukan beberapa analisa terhadap posisi UN baik dari sisi kedudukan hukum, landasan filosofis, landasan pedagogis, juga berbagai data-data empiris tentang apa yang dilakukan negara-negara disekitar kita dan di dunia dengan mengambil data-data UNESCO, dan atase pendidikan dan kebudayaan kita di 14 negara," kata Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal saat rapat dengan Komisi X DPR RI, Komite Sekolah, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), dan perwakilan perguruan tinggi , di Hotel Nikko Jakarta, Jumat (15/10).

Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan, baik Komisi X DPR RI, BSNP, Komite Sekolah, dan Perguruan Tinggi, menganggap UN masih perlu dilakukan, sampai ditemukan formula baru untuk mengevaluasi pembelajaran. Dalam rapat tersebut, Ketua Panitia Kerja Komisi X DPR RI Ruli Choirul Azwar melemparkan tiga opsi pelaksanaan UN kepada forum.

Opsi yang pertama, UN jalan terus,dan dianggap tidak ada masalah dalam penyelenggaraannya. Namun jika hal tersebut yang dilakukan, maka UN akan tetap menjadi kontroversi, sepanjang mutu pendidikan belum seragam, dan pelaksanaannya yang serentak itu belum menjamin adanya pengawasan yang baik dan tidak menimbulkan kecurangan.

Opsi yang kedua, UN bisa berjalan seperti sekarang, dengan syarat penyempurnaan terhadap beberapa hal yang mampu mengatasi faktor ketidakadilan akibat standar mutu pendidikan yang beragam. "Bagaimana formulanya kita cari nanti, begitu juga faktor penyelenggaraan yang menimbulkan kecurangan, akan menyempurnakan kebijakan-kebijakan UN ini," kata Ruli.

Kelemahannya, menurut Ruli, memang sulit mencari solusi atau formula yang bisa mengatasi masalah UN sebagai penentu kelulusan. Atau, bagaimana mencari model pengawasan yang efektif, apa penyelenggaraan yang bisa di ubah, atau apakah pengawasannya bisa dilakukan melibatkan unsur independen.

Opsi yang ketiga, UN dapat dilanjutkan, tetapi hanya untuk pemetaan standar mutu pendidikan. Bukan sebagai penentu kelulusan. Namun jika UN hanya dilakukan sebagai cara untuk memetakan standar mutu pendidikan, menurut Rektor Universitas Negeri Medan Syawal Gultom, hanya akan menghabiskan uang negara saja.
Karena menurutnya, tidak akan ada semangat juang siswa dan guru dalam menghadapi UN. Syawal mengatakan, saat ini semua pihak harus berjuang untuk melaksanakan UN yang kredibel, dan bukan lagi mempertanyakan UN berlawanan dengan UU atau tidak. "Tidak mungkin UN itu bertentangan dengan hakikat pendidikan, UU yang ada. Kalau ada, itu pelaksanaannya yang tidak sempurna ," kata Syawal.

Berbicara mengenai UN, sebagai representasi yang bersentuhan langsung ke pemangku kepentingan sekolah, wakil dari Komite Sekolah Bambang Sutomo mengatakan, dinamika semangat belajar meningkat signifikan. Memang baru menonjol pada kelas-kelas akhir, karena kelas akhir fokus pada menghadapi UN. "Ini hal yang positif, untuk konsentrasi proses peningkatan semangat itu, kami dihadapkan pada permintaan siswa itu sendiri untuk membentuk kelompok belajar," kata Bambang. Dampak positif yang lain dengan adanya UN adalah orang tua dituntut memberi perhatian.

Bambang akan tetap mendukung pelaksanaan UN, karena masih menjadi sarana evaluasi. "Jadi sebelum ada metode evaluasi yang lebih baik, kenapa kita harus meniadakan UN. Dan kami siap mengawal berjalannya UN," kata Bambang.

Kurikulum satuan pendidikan yang dikembangkan di Indonesia sudah sesuai dengan Undang-Undang (UU) Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19. UU tersebut memuat standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sehingga, kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada dasarnya merupakan kurikulum berbasis kompetensi. Oleh karena itu, assessment/penilaian berfungsi untuk mengetahui standar kompetensi mana yang dimiliki oleh peserta didik atau yang belum dimiliki.

Ketua BSNP Djemari Mardapi mengatakan, informasi mencapai standar kompetensi diperoleh melalui pengukuran/pengujian. Pengukuran/pengujian informasi diperoleh dengan melalui tes/ujian. Ada ujian sekolah, ada UN. Sedangkan akuntabilitas sekolah bisa dilihat dari kompetensi yang dimiliki peserta didik, apa betul sekolah itu sudah melakukan fungsinya dalam melakukan proses pembelajaran. Kemudian, akuntabilitas kompetensi yang dimiliki peserta didik dalam pelajaran tertentu, pendidik juga bertanggung jawab. "Oleh karena itu perlu penilaian yang sistematis mengikuti prosedur yang baku. Kemudian assessment yang kita harapkan menggunakan aturan acuan kriteria, karena kurikulumnya berbasis kompetensi," kata Djemari.

Djemari menambahkan, standar nasional pendidikan merupakan kompetensi minimal yang harus dimiliki peserta didik. Pengujian dilakukan untuk mengetahui tingkat kompetensi peserta didik, apa betul sudah mencapai kompetensi minimal itu. Jika belum, lakukan program perbaikan. Ini prinsip dari kurikulum berbasis kompetensi. (aline)

Sumber : Laporan Ahmad Dj' http://www.kemdiknas.go.id
http://www.kemdiknas.go.id/list_berita/2010/10/un.aspx

Jumat, 08 Oktober 2010

Workshop Penguatan Tim Pengembang Kurikulum Prov. Jateng

(Oleh : Sawali Tuhusetya)
Sumber : http://mgmpbismp.co.cc

Senin-Rabu, 4-6 Oktober 2010, yang lalu, saya bersama 29 guru yang tergabung dalam Tim Pengembang Kurikulum (TPK) Prov. Jawa Tengah, 8 Kepala TK Pembina, 11 Pengawas TK/SD, dan 11 Kepala SD RSBI se-Jawa Tengah mengikuti Workshop Penguatan TPK, khususnya berkaitan dengan implementasi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (PBKB). Dalam workshop yang berlangsung di LPMP Jawa Tengah dan dibuka oleh Kepala Seksi SMP Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Prov. Jawa Tengah, Johny Lorang tersebut disajikan materi umum tentang kebijakan pemerintah di bidang Pendidikan Dasar, 6 materi pokok (kebijakan Pemerintah tentang pendidikan karakter, pembinaan nasionalisme dan karakter bangsa, belajar aktif, kewirausahaan, pengembangan KTSP, dan paparan rintisan implementasi PBKB jenjang TK, SD, SMP), dan materi penunjang tentang Rencana Kerja dan Tindak Lanjut Kegiatan.
Tujuan penyelengaraan workshop, antara lain (1) menyamakan persepsi penyelenggaraan PBKB serta pendidikan nasionalisme dan kebangsaan; (2) memberikan pemahaman dalam menerapkan pendekatan pembelajaran aktif yang menekankan pada pengembangan pendidikan karakter, kewirausahaan, serta ekonomi kreatif yang terintegrasi dalam KTSP; dan (3) memberikan pengetahuan tentang sekolah rintisan implementasi PBKB, sekolah piloting pembinaan nasionalisme melalui jalur pendidikan.
karakterNarasumber utama dari Pusat Kurikulum (Puskur) Kemdiknas, Pak Zulkifri Anas, mengungkapkan bahwa karakter pada hakikatnya merupakan suatu sifat yang mewujud dalam bentuk daya dorong/daya juang dari dalam ke luar (inside out) yang dibangun/dibentuk melalui perpaduan dari nilai-nilai moral yang diinternalisasikan dari luar dan potensi dari dalam yang akan melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku dalam wujud kebajikan dan penampilan terpuji. Dalam perspektif demikian, pendidikan budaya dan karakter bangsa dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warganegara yang religius, nasionalis, produktif, dan kreatif.
Secara teknis, pendidikan budaya dan karakter bangsa diartikan sebagai proses internalisasi serta penghayatan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang dilakukan peserta didik secara aktif dibawah bimbingan guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan serta diwujudkan dalam kehidupannya di kelas, sekolah, dan masyarakat. Dalam konteks demikian, karakter tidak cukup sekadar diajarkan, tetapi justru perlu ditularkan melalui keteladanan.
workshopworkshopworkshopworkshopworkshopworkshopworkshopworkshopworkshopworkshopworkshopworkshop
Persoalannya sekarang, di tengah kompleksitas persoalan kemasyarakatan dan kebangsaan yang sudah kian mengarah pada situasi dan atmosfer peradaban yang sakit yang ditandai dengan maraknya perilaku kekerasan, anarki, vandalisme, korupsi, dan berbagai aksi anomali sosial yang lain, mampukah institusi pendidikan kita menjalankan fungsinya untuk mengimplementasikan pendidikan budaya dan karakter bangsa secara simultan dan berkelanjutan hingga mampu mencapai tujuan yang diharapkan?
…. proses internalisasi pendidikan budaya dan karakter ke dalam institusi pendidikan di tengah rumit dan kompleksnya persoalan kebangsaan dan kemasyarakatan justru perlu dimaknai sebagai cara Tuhan untuk meningkatkan derajat dan kualitas hidup bangsa kita.Dengan nada optimis, Pak Zul, demikian kami menyapanya, mengungkapkan bahwa Tuhan tidak akan pernah memberikan ujian yang melebihi batas kemampuan hamba-Nya. Artinya, setiap manusia memiliki “fitrah” potensial untuk mengatasi setiap masalah yang dihadapi. Semakin rumit dan kompleks persoalan yang dihadapi akan semakin teruji dan kian berkualitas pula kehidupan seseorang. Berkaitan dengan proses internalisasi pendidikan budaya dan karakter ke dalam institusi pendidikan di tengah rumit dan kompleksnya persoalan kebangsaan dan kemasyarakatan justru perlu dimaknai sebagai cara Tuhan untuk meningkatkan derajat dan kualitas hidup bangsa kita.
“Yang perlu terus didorong adalah membangkitkan kekuatan internal untuk memberikan tekanan yang lebih kuat sehingga kekuatan eksternal yang negatif bisa teratasi,” tegas alumnus Curtin University of Technology Perth, Australia (1997) itu. Ia mencontohkan, ketika seseorang sering menggunakan kata penghubung “tetapi” setiap kali menghadapi masalah, yang terjadi kemudian adalah sikap gampang menyerah dan mudah patah arang. “Gunakan kata walaupun, untuk memperkokoh kekuatan internal dari dalam diri kita,” lanjutnya.
“Kami ingin menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa, tetapi kekerasan dan korupsi yang terjadi di luar sana begitu merajalela, sehingga kami tak mungkin sanggup untuk membangun karakter dan kepribadian siswa yang tangguh”.
Kami akan terus berusaha menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa, walaupun kekerasan dan korupsi yang terjadi di luar sana begitu merajalela!Contoh ungkapan semacam itu, dalam pandangan Pak Zul, akan makin mengendurkan semangat kita untuk membangun peradaban bangsa yang lebih bermartabat. Alangkah inspiratifnya jika ungkapan tersebut diubah menjadi: “Kami akan terus berusaha menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa, walaupun kekerasan dan korupsi yang terjadi di luar sana begitu merajalela!” Ungkapan tersebut, menurutnya, akan mampu memberikan spirit bagi pendidik untuk membangun karakter generasi masa depan yang tangguh.
Ya, ya, sebuah pernyataan sikap yang sederhana, tetapi penuh makna. Setidaknya, ada 18 pendidikan budaya dan karakter bangsa yang perlu ditanamkan kepada peserta didik melalui bangku pendidikan, sebagaimana tergambar dalam tabel berikut:
No. Nilai Deskripsi
1 Religius sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain).
2 Jujur perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4 Disiplin tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5 Kerja Keras perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6 Kreatif berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7 Mandiri sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8 Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9 Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10 Semangat Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11 Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12 Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13 Bersahabat/Komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14 Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15 Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16 Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17 Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18 Tanggung-jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Secara bertahap dan berkelanjutan, ke-18 nilai tersebut bisa ditanamkan kepada peserta didik melalui kegiatan Ekstrakurikuler, Bimbingan Konseling, Pembiasaan (Terprogram, Rutin, Spontan, dan keteladanan), integrasi dalam mata pelajaran, dan Muatan Lokal (Mulok).
Semoga upaya mulia untuk membangun generasi masa depan yang berkarakter dan berkepribadian kuat benar-benar bisa terwujud. Tetap semangat dan salam peduli anak bangsa! ***


Sumber: Workshop Penguatan Tim Pengembang Kurikulum Prov. Jateng | MGMP BAHASA INDONESIA SMP http://mgmpbismp.co.cc/2010/10/07/workshop-penguatan-tim-pengembang-kurikulum-prov-jateng/

 

Rabu, 06 Oktober 2010

Naskah Sumpah Pemuda

Kutipan Naskah Sumpah Pemuda

POETOESAN CONGRES
PEMOEDA-PEMOEDA INDONESIA

Kerapatan pemoeda-pemoeda Indonesia jang diadakan oleh
perkoempoelan-perkoempoelan pemoeda Indonesia jang berdasarkan
kebangsaan dengan namanya : Jong Java, Jong Soematera (Pemoeda
Soematera), Pemoeda Indonesia, Sekar Roekoen, Jong Islamieten Bond,
Jong Bataks Bond, Jong Celebes, Pemoeda Kaoem Betawi dan
Perhimpoenan Peladjar-peladjar Indonesia.
Memboeka rapat pada tanggal 27 - 28 Oktober di negeri Djakarta,
sesoedahnya mendengar pidato-pidato dan pembitjaraan jang diadakan
di dalam kerapatan tadi, sesoedah menimbang segala isi pidato-pidato
dan pembitjaraan ini; kerapatan laloe mengambil poetoesan :

Pertama,
KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA, MENGAKOE
BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH INDONESIA.

Kedoea,
KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA, MENGAKOE
BERBANGSA JANG SATOE BANGSA INDONESIA.

Ketiga,
KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA, MENJOENJOENG
BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA.


Setelah mendengar poetoesan ini kerapatan mengeloearkan
kejakinan Azas ini wajib dipakai oleh segala perkoempoelanperkoempoelan
kebangsaan Indonesia;
Mengeloearkan kejakinan persatoean Indonesia diperkoeat dengan
memperhatikan dasar persatoeannya :
● Kemaoean
● Sedjarah
● Bahasa
● Hoekoem adat
● Pendidikan dan Kepandoean
Dan mengeloearkan pengharapan soepaja poetoesan ini disiarkan
dalam segala soerat kabar dan dibatjakan di moeka rapat perkoempoelanperkoempoelan
kita.
Dikutip dari : Pedoman Pelaksanaan Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke 81 Tahun 2009
Sumber :  http://www1.kemenegpora.go.id

Selasa, 05 Oktober 2010

Seminar Internasional

Optimalisasi Pemanfaatan Potensi Bahasa dalam Pembelajaran Bahasa, Sastra, dan Kebudayaan Indonesia, serta Komunikasi Sosial-Politik pada Era Globalisasi.
DALAM RANGKA PERTEMUAN ILMIAH BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Seminar dengan pembicara dari Brunei Darussalam, USA, Inggris, dan dari dalam negeri Indonesia
Pada 9 s.d. 10 November 2010 di Hotel Griya Persada, Jl. Boyong 99 Kaliurang, Yogyakarta.