Kamis, 11 Juni 2009

JANGAN REMEHKAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)


Oleh:
Margono, S.Pd. M.Acc
Staf Dinas P dan K Kab. Purworejo

PAUD adalah pendidikan anak usia dini untuk usia anak 0-6 tahun bagian dari pendidikan pra-sekolah dan termasuk pendidikan non formal. Tetapi dalam PAUD sendiri dibagi menjadi PAUD formal yaitu Taman Kanak-Kanak (TK) dan Raudhatul Atfal (RA); dan PAUD non-formal yang terdiri dari Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), TPQ, Fullday School, dll.
Judul artikel ini merupakan sebuah kritikan kepada masyarakat Purworejo akan kesadaran orang tua terhadap PAUD yang masih rendah. Data di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Purworejo menunjukkan bahwa Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD pada tahun 2008 hanya 34,82% dibawah APK Nasional yang sudah mencapai 50,47%, dan rasanya sangat sulit mencapai target APK PAUD Propinsi Jawa Tengah tahun 2009 yang mencapai 61%, memerlukan usaha yang keras bagi kita semua untuk mencapainya karena kesadaran masyarakat Purworejo tentang PAUD masih rendah.
Data di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo pada tahun 2008 juga menunjukkan bahwa dari 11.382 siswa baru SD baru 83,9% atau 9.549 siswa yang berasal dari TK, dan jika ditelaah lebih lanjut angka mengulang pada kelas 1 SD pada tahun 2008 memperlihatkan angka yang mencengangkan, yaitu ada 1.423 atau 12,5% siswa yang mengulang dan hampir seluruhnya tidak menempuh PAUD. Ini jelas menunjukkan korelasi positif antara kemampuan anak kelas 1 SD dengan PAUD, yang berarti jika input anak SD yang berlatar belakang PAUD semakin banyak, maka angka mengulang kelas menjadi semakin rendah.
Penulis pernah mengadakan interview kepada beberapa orang tua yang enggan menyekolahkan anaknya ke PAUD, beberapa mengatakan tidak ada biaya, namum ada juga yang menganggap PAUD hanya bermain-main saja, dan itu itu tidak penting karena bermain bisa dilakukan di rumah. Jawaban pertama mungkin merupakan masalah klise yang sering kita dengar dan tidak perlu kita bahas disini, tetapi jawaban kedua menggugah penulis untuk mengkaji kembali makna ”bermain” yang diremehkan oleh beberapa orang tua.

Golden Age
Sebelum membahas manfaat bermain, kita lihat PAUD dari sisi yang lain. PAUD di Purworejo sampai hari ini masih dianggap sebelah mata oleh masyarakat, padahal dari hasil penelitian menyimpulkan bahwa anak usia dini adalah masa ”golden age” periode perkembangan kognitif, bahasa dan sosial emosional mengalami titik puncaknya. Keterlambatan stimulasi pada usia ini mempunyai efek jangka panjang dalam kehidupan seorang manusia.
Pentingnya PAUD juga dikemukakan oleh Feldman (2002) bahwa masa balita merupakan masa emas yang tidak akan berulang karena merupakan masa paling penting dalam pembentukan dasar-dasar kepribadian, kemampuan berfikir, kecerdasan, keterampilan, dan kemampuan bersosialisasi. Kenyataan ini memperkuat keyakinan bahwa pendidikan dasar bagi anak seyogianya dimulai sedini mungkin.
Penelitian tentang otak menunjukkan sampai usia 4 tahun tingkat kapabilitas kecerdasan anak telah mencapai 50%, pada usia 8 tahun mencapai 80%, dan sisanya sekitar 20% diperoleh pada saat berusia 8 tahun ke atas. Artinya apabila pendidikan baru dilakukan pada usia 7 tahun atau sekolah dasar, stimulasi lingkungan terhadap fungsi otak yang telah berkembang 80 % tersebut terlambat dalam pengembangannya. Otak yang kurang difungsikan tidak hanya membuat anak kurang cerdas tetapi dapat mengurangi optimalisasi potensi otak yang seharusnya dimiliki oleh anak.

Fungsi Bermain
Kita mungkin tidak pernah membayangkan bahwa bermain dengan teman sebaya mempunyai fungsi yang dapat memperluas interaksi sosial dan mengembangkan ketrampilan sosial bagi anak kita, yaitu memberi pelajaran pada anak-anak bagaimana kita berbagi, hidup bersama, mengambil peran dalam kehidupan, dan belajar hidup dalam masyarakat secara umum. Selain itu, bermain akan meningkatkan perkembangan fisik, koordinasi tubuh, dan mengembangkan serta memperhalus ketrampilan motor kasar dan halus. Bermain juga akan membantu anak-anak memahami tubuhnya, fungsi dan bagaimana menggunakannya dalam belajar. Anak-anak bisa mengetahui bahwa bermain itu menyegarkan, menyenangkan dan memberikan kepuasan.
Bermain dapat membantu perkembangan kepribadian dan emosi karena anak-anak mencoba melakukan berbagai peran, mengungkapkan perasaan, menyatakan diri dalam suasana yang tidak mengancam, juga memperhatikan peran orang lain. Melalui bermain, anak-anak kita bisa belajar mematuhi aturan sekaligus menghargai hak orang lain. Bermain dengan bimbingan guru di lembaga PAUD jelas lebih berkualitas karena disanalah nilai-nilai positif bisa disisipkan yang tidak didapat ketika anak bermain dirumah atau di lingkungan masyarakat.
Selanjutnya Froebel dalam Brewer (2007:41) mengatakan bahwa permainan dalam PAUD merupakan pondasi bagi pembelajaran anak sehingga dapat menjembatani anak antara kehidupan di rumah dan kehidupan anak di sekolah nantinya.

Bermain dan Kemampuan Intelektual
Bermain ternyata dapat membangun kemampuan intelektual anak. Bermain mampu merangsang perkembangan kognitif, karena dengan bermain, sensor-motor (indera-pergerakan) anak-anak dapat mengenal permukaan lembut, kasar, atau kaku. Permainan fisik akan mengajarkan anak akan batas kemampuannya sendiri. Bermain juga akan meningkatkan kemampuan abstraksi (imajinasi dan fantasi) sehingga anak-anak semakin jelas mengenal konsep besar-kecil, atas-bawah, dan penuh-kosong. Melalui bermain, anak dapat menghargai aturan, keteraturan, dan logika.
Bermain juga akan membangun struktur kognitif anak. Anak-anak akan memperoleh informasi yang lebih banyak sehingga pengetahuan dan pemahamannya akan lebih kaya dan lebih dalam. Bila informasi baru tersebut ternyata berbeda dengan yang selama ini diketahuinya, anak dapat mengubah informasi yang lama sehingga ia mendapat pemahaman atau pengetahuan yang baru. Jadi akan memperkaya, memperdalam dan memperbaharui struktur kognitif anak sehingga semakin sempurna.
Bermain ternyata juga akan membangun kemampuan kognitif, kemampuan kognitif mencakup kemampuan mengidentifikasi, mengelompokkan, mengurutkan, mengamati, membedakan, meramalkan, menentukan hubungan sebab-akibat, membandingkan, dan menarik kesimpulan. Bermain akan mengasah kepekaan anak-anak akan keteraturan, urutan dan waktu. Bermain juga meningkatkan kemampuan logis (logika).
Disamping itu bermain juga akan menjadi media bagi anak untuk belajar memecahkan masalah. Pada saat bermain, anak-anak akan menemui berbagai masalah sehingga akan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengetahui bahwa ada beberapa kemungkinan untuk memecahkan masalah. Dengan bermain juga memungkinan anak-anak bertahan lebih lama menghadapi kesulitan sebelum persoalan yang ia hadapi dapat dipecahkan. Proses pemecahan masalah ini mencakup adanya imajinasi aktif anak-anak. Imajinasi aktif akan mencegah timbulnya kebosanan yang merupakan pencetus dari kerewelan yang sering kita jumpai pada anak-anak.
Bermain juga akan mengembangkan konsentrasi, kita bisa melihat apabila tidak ada konsentrasi yang memadai, seorang anak tidak mungkin dapat bertahan lama bermain peran (berpura-pura menjadi dokter, guru, ayah/ibu, dll). Ada hubungan yang dekat antara imajinasi dan kemampuan konsentrasi. Imajinasi membantu meningkatkan kemampuan konsentrasi. Anak-anak yang tidak imajinatif memiliki rentang perhatian (konsentrasi) yang pendek dan memiliki kemungkinan besar untuk berperilaku agresif dan mengacau.

Bermain merupakan Laboratorium Bahasa
Jika kita perhatikan, bermain juga dapat menjadi wahana melatih kemampuan berbahasa anak. Dapat dikatakan bahwa kegiatan bermain merupakan ”laboratorium bahasa” bagi anak-anak. Di dalam bermain, anak-anak bercakap-cakap satu dengan yang lain, berargumentasi, menjelaskan, dan meyakinkan. Keterbatasan pendidikan bahasa di dalam keluarga dapat ditambal dengan interaksi bersama teman sebayanya di sekolah PAUD. Jumlah kosakata yang dikuasai anak-anak dapat meningkat karena mereka dapat menemukan kata-kata baru dari teman bermain dan guru tentunya.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa PAUD ternyata mempunyai manfaat yang begitu besar, namun seolah terkuburkan karena kurangnya pemahaman dan penjelasan ke orang tua. Harapannya, dengan tulisan ini dapat memberikan pemahaman tentang PAUD, dan memberikan motivasi bagi penyelenggara PAUD tentang peran mereka bagi pembanguan pendidikan yang tidak boleh dianggap remeh, karena dari sinilah pondasi peningkatkan mutu pendidikan itu dibangun.

Tidak ada komentar: