Senin, 15 Juni 2009

SMK EQUIVALEN LIFE SKILL EDUCATION


Oleh:
Drs. Bambang Aryawan, MM

Tantangan Masa Depan
Tahun ajaran baru 2009/2010 segera dimulai. Saya haturkan banyak terima kasih setelah prestasi yang cukup membanggakan diraih oleh segenap jajaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo, karena hasil UN Tahun Pelajaran 2008/2009 tingkat kelulusan SMA diatas 95% dan SMK diatas 80%. Semoga dimasa datang, prestasi ini bisa terus dipertahankan...amin. Ada paradigma yang mulai berubah sejalan dengan kebijakan pendidikan akhir-akhir ini, salah satunya kebijakan menuju propinsi/kabupaten vokasi. Para pemikir pendidikan menyadari benar bahwa pendidikan haruslah berorientasi pada kehidupan, sesuai dengan salah satu kebijakan Direktorat Mandikdasmen, dimana lulusan sekolah berorientasi kepada dunia kerja. Memperoleh pekerjaan yang memberikan penghasilan adalah keperluan hidup manusia. Oleh karena itu, peserta didik perlu dibekali pendidikan dengan ketrampilan-ketrampilan yang memungkinkan mereka menjalankan pekerjaannya dengan baik.
Salah satu alternatif kebijakan yang diambil pemerintah adalah dengan membangun sekolah berbasis life skill melalui sekolah kejuruan/SMK. Pendidikan kejuruan dimaksudkan untuk memberi peserta didik keterampilan khas untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu. Apakah penguasaan keterampilan bekerja saja cukup bagi seseorang untuk mengarungi kehidupan?
Sebelum menjawab persoalan tersebut, perlu diperoleh sebuah gambaran tentang kehidupan di abad ke-21. Dalam kaitan ini, hendaknya dipahami bahwa dunia ditentukan juga oleh manusia yang mendiaminya, sehingga selain meramalkan kecenderungan perkembangan, kita juga perlu memiliki persepsi tentang dunia ideal.
Dalam menghadapi beragam tantangan masa depan, masyarakat Indonesia harus melihat bahwa pendidikan merupakan aset mutlak dalam usahanya untuk mencapai cita-cita perdamaian, kemerdekaan, dan keadilan sosial sesuai amanat UUD 1945. Abad ke-21 akan dipenuhi dengan tarik-menarik antara dua kutub dalam berbagai dimensi, tiga di antaranya adalah global lokal, tradisional modern, dan spiritual material.
Jadi jelas bahwa pembangunan Pendidikan di Indonesia sudah saatnya lebih difokuskan pada penciptaan tenaga kerja yang memiliki keterampilan yang dibutuhkan dunia kerja, atau minimal mampu menciptakan lapangan kerja bagi dirinya sendiri. Pendidikan yang menjadi tumpuan menciptakan tenaga trampil tersebut adalah sekolah kejuruan yang telah dirintis di berbagai daerah termasuk di Kabupaten Purworejo dengan SMK Kecil-nya.

Life skill Education
Keterbatasan pemerintah daerah dalam pembangunan Pendidikan yang menfokuskan pada Pendidikan dasar dan menengah tidak menutup kemungkinan bahwa sumber daya manusia tumbuh dan berkembang pada jenjang pendidikan menengah melalui sekolah kejuruan. Usaha Pemerintah Daerah Purworejo melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sebagai upaya menciptakan sumber daya manusia yang trampil telah membuahkan titik terang, ini dilihat dari pencapaian rasio siswa SMK dan SMA menjadi 57% : 43% telah tercapai pada tahun pelajaran 2008/2009 dengan perbandingan 15.600 siswa SMK dan 10.000 siswa SMA, tinggal bagaimana sekolah beserta jajaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan mengelola siswa SMK menjadi tenaga kerja siap pakai yang handal.
Data tahun 2006 menunjukkan bahwa hanya 30% lulusan SMA di Kabupaten Purworejo yang melanjutkan ke perguruan tinggi, ini berarti ada 70% lulusan SMA yang tidak melanjutkan, padahal kita ketahui bersama bahwa lulusan SMA sangat minim ketrampilan, dan lapangan kerja untuk kelompok sarjana pun semakin ketat.
Dengan alasan tersebut, sangat memungkinkan bahwa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berfungsi sebagai basis pengembangan life skill education di daerah dan menjadi tumpuan pembangunan sumber daya manusia yang handal di Purworejo. Saat ini di Kabupeten Purworejo telah berdiri 7 (tujuh) SMK Negeri dan 29 (dua puluh sembilan) SMK swasta dengan berbagai macam program studi. Dengan aset pendidikan yang cukup potensial dimiliki oleh Kabupaten Purworejo ini, menjadi tugas kita bersama antara Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, satuan Pendidikan dan masyarakat (dunia usaha/industri) untuk ikut serta meningkatkan kualitas lulusan dan memberikan akses pada para lulusan untuk masuk ke dunia kerja. Perluasan akses para lulusan SMK dalam memasuki dunia kerja dapat dilakukan dengan membangun kerjasama antara Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan Dinas Tenaga Kerja.
Untuk dapat bersaing di dunia usaha/industri lulusan SMK tidak cukup hanya menguasai teori-teori, tetapi juga mau dan mampu menerapkan ketrampilan yang dimiliki dalam kehidupan sosial, artinya ia tidak hanya mampu menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku sekolah, tetapi juga mampu memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu perlu ada penambahan ilmu kewirausahaan (entrepreneurship), pendidikan yang demikian adalah pendidikan yang berorientasi pada pembentukan jiwa entrepreneurship, ialah jiwa keberanian dan kemauan menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar, jiwa kreatif untuk mencari solusi dan mengatasi problema tersebut, jiwa mandiri dan tidak bergantung pada orang lain.
Pendidikan yang berwawasan kewirausahaan yang perlu dikembangkan di SMK, adalah pendidikan yang menerapkan prinsip-prinsip dan metodologi ke arah pembentukan kecakapan hidup (life skill) pada peserta didiknya melalui kurikulum terintegrasi yang dikembangkan di sekolah. Jika model ini dapat terus dikembangkan di SMK, maka dunia pendidikan ikut memberikan kontribusi nyata dalam rangka peningkatan mutu sumber daya manusia, termasuk di Kabupaten Purworejo.
Kerangka pengembangan kewirausahaan di kalangan tenaga pendidik juga sangat penting. Karena pendidik adalah ‘agent of change’ yang diharapkan mampu menanamkan ciri-ciri, sifat dan watak serta jiwa kewirausahaan atau jiwa ‘entrepreneur’ bagi peserta didiknya. Disamping itu jiwa ‘entrepreneur’ juga sangat diperlukan bagi seorang pendidik, karena melalui jiwa ini, para pendidik akan memiliki orientasi kerja yang lebih efisien, kreatif, inovatif, produktif serta mandiri. Oleh karena pelatihan-pelatihan harus terus dilakukan bagi guru SMK dengan membangun kerjasama dengan dunia usaha/industri yang relevan dan kompeten.
Salah satu bentuk pembelajaran bagi siswa dan guru dalam membentuk jiwa kewirausahaan adalah mengembangkan dan membangun Unit Produksi (UP) di setiap SMK. Unit Produksi berfungsi sebagai wadah dalam mengasah jiwa intreprenuer yang difasilitasi sekolah dengan memanfaatkan aset yang dimiliki untuk kemakmuran bersama. Unit produksi adalah bentuk praktek bagi siswa dan guru yang dikondisikan sebagai dunia usaha yang dibangun dan dikembangkan untuk menciptakan lapangan kerja/usaha mandiri yang berorientasi profit sebagai bekal jika terjun ke masyarakat nantinya.

Kesimpulan
Ketrampilan/kecakapan hidup (life skill) bukanlah merupakan faktor keturunan, namun dapat dipelajari secara ilmiah dan ditumbuhkan bagi siapapun juga. Yang penting dan yang utama adalah semangat untuk belajar dan mampu memilih ketrampilan sesuai bakat dan kemampuan diri. Mungkin seperti itulah gambaran yang menjadi harapan jajaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo untuk terus dikembangkan oleh sekolah yang mendidik siswa-siswa calon penerus bangsa agar tetap eksis dalam pertarungan hidup yang semakin sempit sebagai upaya untuk turut serta menciptakan sumber daya manusia yang handal di masa datang yang semakin sarat persaingan, baik di tingkat lokal, regional, maupun internasional. Mari kita antar anak-anak kita ke gerbang keberhasilan...

1 komentar:

Riyadi mengatakan...

Sebagai guru saya ikut bangga atas keteladanan dari tulisan Bapak. Terutama pada point simpulan : "Ketrampilan/kecakapan hidup (life skill) bukanlah merupakan faktor keturunan, namun dapat dipelajari secara ilmiah dan ditumbuhkan bagi siapapun juga." Hal ini tentu berlaku pula dalam hal keterampilan menulis bagi para guru. Semoga rekan-rekan guru segera menyusul dengan tulisan-tulisan yang kreatif. Terima kasih.