Kamis, 14 Mei 2009

Fwd : Artikel Mas Didik (3)

Arsip bacaan posting nukilan dari Didik Komaidi (3)

Menulis Buku
19:11:29 15/05/2007 54 pembaca
Pengirim: Didik Komaidi (202.149.81.114) email: d.komaidi@plasa.com Menulis BukuSebenarnya menulis buku sama dengan menulis tulisan-tulisan lain selain buku. Perbedaannya terletak pada masalah kemasan dan tingkat ketebalan atau panjang-pendeknya, stamina atau energi yang dibutuhkan. Seperti menulis artikel, bedanya buku ditulis lebih panjang dan lebih tebal halamannya sementara artikel lebih pendek. Kalau artikel cukup empat halaman sampai delapan halaman, tidak terlalu mendalam karena keterbatasan tempat, tetapi buku tentu saja lebih dari itu, halaman lebih panjang, kajian lebih mendalam. Sebab, kalau tulisan itu terlalu tipis dibuat buku malah rugi sampulnya. Iya kan? Setelah itu, buku apa yang ditulis? Fiksi atau nonfiksi? Pilihan fiksi dan nonfiksi juga mempengaruhi cara pembuatan dan pengumpulan data-datanya. Kalau menulis fiksi, kita tidak terlalu membutuhkan buku referensi, cukup dengan pengalaman masa lalu kita kadang sudah cukup, sementara kalau menulis buku nonfiksi harus mencari buku referensi, informasi atau data tambahan yang lebih lengkap. Sebab, fiksi adalah tak nyata, tetapi nonfiksi adalah kenyataan yang perlu data dan fakta. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan, menulis fiksi juga memerlukan referensi buku, bahkan riset (penelitian lapangan) agar bisa lebih memperjelas si penulis untuk mengungkapkan ide ceritanya. Misalnya, menulis cerita (novel) tentang buruk pabrik, kita perlu riset dengan mendatangi pabriknya, mewancarai para buruh, melihat bagaimana mereka bekerja, bagaimana kehidupan sehari-hari mereka, kalau perlu bergaul dan hidup bersamanya dalam jangka waktu tertentu untuk memperdalam wawasan si penulis terhadap dunia buruh dan perburuhan. Dengan data dan riset yang mendalam tentu hasilnya berbeda dengan suatu karya yang tidak digarap secara serius dan mendalam.Langkah-Langkah Menulis BukuSetidaknya, ada delapan langkah dalam menulis buku. Ini hanya sekedar contoh (patokan) anda bisa merubahnya, memperpendek atau memperpanjang demi kebaikan hasilnya nanti.1. Mencari ide, inspirasi, gagasan. Ide, inspirasi, atau gagasan ini sebenarnya tak jauh beda artinya, atau bahkan hanya persamaan saja. Untuk sementara anggap saja sama. Ide adalah penggerak pertama bagi seseorang untuk bertindak. Kalau tidak muncul ide, orang hanya diam, tak tahu apa yang akan dikerjakan. Bagaimana mencari ide? Bisa lewat membaca apa saja, melihat kejadian sekitar, melihat lingkungan sekitar, atau sambil memancing, jalan-jalan, dan sejenisnya. Dengan cara ini, barangkali akan memancing ide muncul. Kalau tidak muncul, ya anda harus menciptakan ide. Ide jangan ditunggu, tetapi ia harus dicari atau harus dibuat sendiri. Harus begitu, kalau tidak, kita tidak akan pernah menemukan ide.2. Mencatat ide yang muncul. Ide-ide yang muncul harus segera anda tangkap dan diikat. Bagaimana mengikatnya? Bawalah catatan atau buku kecil yang bisa anda bawa ke mana pergi sekaligus polpen atau potlot. Sehingga sewaktu ide muncul segera tulis di buku catatan, kalau nunggu pulang ke rumah, anda bisa lupa karena kelelahan lalu tidur ngorok. Ide yang berharga itu bisa hilang. Sejelek ide apa pun tulislah, apa-apa yang muncul catat, barangkali suatu saat akan sangat berguna. Buku catatan ibarat kitab suci yang bisa memberi kita arahan, koleksi ide.3. Masa Inkubasi. Muncul ide dan mencatat dalam proses waktu akan mengalami masa inkubasi atau pematangan. Biasanya ide untuk berbuat sesuatu, pada awal biasa saja lama kelamaan seolah-olah mau meledak dan ibarat bayi minta dilahirkan. Inkubasi adalah masa pematang dari mentah menuju pematangan dan minta dilahirkan menjadi suatu karya.4. Studi materi. Setelah itu lakukan studi atau kajian terhadap ide dan materi yang ada. Misalnya, data-data atau buku yang berkait dengan materi yang akan kita tulis, itu harus dibaca, dipahami, ditelaah, sehingga kita semakin paham dan menguasai apa yang akan kita tulis. Sehingga kita punya gambaran atau peta pemikiran tentang tulisan yang akan kita tulis.5. Proses penulisan. Setelah kita melakukan studi awal dan kita punya gambaran umum tentang apa yang kita tulis, maka kegiatan selanjutnya adalah menulislah dengan penuh semangat dan gairah. Tulislah apa yang pikiran anda dengan apa adanya, jangan perbaiki dulu, pokoknya menulis dengan emosi, setelah selesai tulisan itu, baru perbaikilah dengan pikiran. Ini adalah sebuah pendekatan tentang penggunaan otak kanan, jadi menulislah dengan emosi, lalu perbaikilah tulisan itu dengan nalar atau pikiran.6. Pengendapan. Setelah tulisan selesai untuk sementara biarkan dulu beberapa saat. Misalnya biarkan tulisan anda satu hari, setelah itu cobalah baca dan telaahlah, dengan sudut pandang orang baru, sehingga kita akan membaca tulisan kita secara obyektif sehingga bisa menemukan baik kelebihan maupun kelemahan.7. Pembacaan kembali dan revisi. Setelah pengendapan, lakukan pembacaan dan revisi. Baca adakah kelemahan, kesalahan ketik atau kesalahan konsep, lalu perbaiki/revisi apa yang salah itu. Sempurnakan apa yang salah menjadi benar. Sehingga tulisan akan semakin sempurna.8. Penawaran ke media massa atau penerbit. Setalah tahap demi tahap dilalui, maka kegiatan selanjutnya adalah menjual karya itu. Tulisan itu bisa dikirim atau ditawarkan ke penerbit untuk dipertimbangkan agar bisa diterbitkan menjadi buku. Atau kalau tulisan itu berupa novel bisa pula ditawarkan dulu ke media massa untuk dimuat secara bersambung di majalah atau koran. Untuk penawaran naskah, anda harus menyesuikan jenis naskah anda dengan penerbit atau media massa yang akan anda tawari. Naskah sastra bisa ditawarkan ke majalan sastra, kalau naskah pertanian bisa dikirim ke majalah pertanian. Jadi harus disesuikan antara jenis naskah dengan media massa atau penerbit yang dituju. Kalau semua penerbit atau media massa belum mau memuat naskah anda, tetapi anda yakin dengan naskah anda dan anda punya cukup dana, bisa saja naskah anda terbitkan sendiri. Tanpa campur tangan penerbit lain. Siapa tahu, naskah tersebut bisa juga meledak di pasaran. Kemungkinan selalu ada dalam dunia penulisan. Didik Komaidi, penulis Buku B-love dan D-love (2007) dan Santri Lelana (2006), guru Bahasa Arab MAN 2 Wates dan Ketua Bidang Pelatihan Agupena Wilayah DIY.

Tidak ada komentar: