Kamis, 14 Mei 2009

Fwd : Arsip Pembelajaran dan Pemelajaran

Arsip bacaan kutipan dari posting :

Pembelajaran dan Pemelajaran
17:44:11 05/03/2007 109 pembaca
Pembelajaran dan Pemelajaran
Anton M. Moeliono - Kompas, 26 Juli 2003

Dewasa ini orang banyak memakai kata pembelajaran sebagai padanan istilah bahasa Inggris learning. Apakah pembelajaran itu memang mengacu ke perbuatan atau proses belajar? Sebagai bandingan, marilah kita perhatikan beberapa bentuk yang sejajar. Akan jelas nanti apakah kita taat asas dalam penerapan kaidah bahasa, atau justru menyimpang.
Tugas menteri pemberdayaan perempuan ialah memberdayakan kaum wanita. Pemberangkatan calon haji mengacu ke usaha memberangkatkan jemaah itu. Pemberhentian karyawan yang mbalelo bermaksud tindakan memberhentikan pegawai yang membangkang itu. Ada pertalian makna antar nomina dan verba yang berimbuhan itu. Nomina berimbuhan yang berbentuk pember-an menyebabkan atau menjadikan sesuatu yang dinyatakan oleh verba yang berimbuhan member-kan. Pemberdayaan berarti menyebabkan atau menjadikan berdaya. Pemberangkatan berarti menyebabkan atau menjadikan berangkat. Pemberhentian menyebabkan atau menjadikan berhenti.
Menurut pola tadi, pembelajaran harus ditafsirkan ‘menjadikan atau menyebabkan belajar’. Tentu saja yang belajar itu orang, bukan maujud (entity). Yang tidak bernyawa. Menurut sejarah pembentukannya memang itu yang dimaksudkan.
Istilah pembelajaran mula-mula muncul di kalangan ahli pendidikan IKIP Jakarta yang ingin membedakan teaching dari instruction. Karena teaching dianggap berorientasi kepada guru, sedangkan instruction berorientasi kepada pelajar, timbullah gagasan untuk memakai pasangan pengajaran dan pembelajaran. Yang pertama mengacu ke perbauatan mengajar, dan yang kedua mengacu ke tindakan membelajarkan, atau menyebabkan orang belajar.
Jika orang yang mengajar disebut pengajar, maka orang yang membelajarkan akan disebut pembelajar. Dialah yang di dalam bahasa Inggris disebut instructor. Lalu bagaimana kita menyebut orang yang belajar? Tentu saja pelajar. Apakah pelajar sama dengan learner? Rupanya di Indonesia tidak selalu demikian. Ternyata ada kepekaan sosial terhadap hierarki golongan pelajar di antara kita. Ada istilah murid yang mengacu ke pelajar TK dan SD. Ada pelajar yang biasanya merupakan sebutan untuk mereka yang duduk di SLTP, sedangkan siswa dipakai untuk remaja yang belajar di peringkat SMU. Kata mahasiswa menunjuk ke pelajar yang satu tingkat di atas golongan siswa dan mula-mula hanya dipakai untuk orang yang belajar di perguruan tinggi program pendidikan sarjana. Ketika program pascasarjana diresmikan ada peserta yang berkeberatan disebut mahasiswa karena merasa dirinya sudah menjadi sarjana dan bukan mahasiswa lagi. Mungkin kenyataan itu menjadi sebab mengapa diciptakan istilah peserta didik untuk memayungi semua golongan pelajar.
Dengan latar belakang itu juga dapat dipahami mengapa istilah learner dahulu tidak dipadankan dengan istilah pelajar karena medan pengacuannya berbeda. Sebenarnya frasa Inggris teaching-learning process pernah dipadankan dengan proses mengajar-belajar atau proses belajar-mengajar yang tidak menimbulkan salah paham atau protes. Kita juga sudah memadankan distant learning dengan belajar jarak jauh.
Bentuk belajar sebagai salah satu padanan learning rasanya wajar sebagaimana kita juga menyebut mata pelajaran lain dengan bentuk verba, seperti Berhitung, Menulis, Membaca, dan bukan Penghitungan, Penulisan, Pembacaan. Bentuk verba itu rupanya merupakan terjemahan dari bahasa Belanda – rekenen, schrijven, dan lezen – dan bukan bahasa Inggris. Sekarang masa jayanya untuk bentuk dengan akhiran –ing seperti reading dan writing.
Di samping membelajarkan yang berobyek orang, ada mempelajari yang berobyek barang, bahasa, sifat, dan hal. Jika kita mengikuti paradigma bentuk turunan kata Indonesia, maka pelaku mempelajari ialah pemelajar dan perbuatan atau prosesnya: pemelajaran. Pemelajar dan pemelajaran merupakan padanan alternatif untuk learner dan learning. Sebelumnya kita sudah memakai pemeroleh dan pemerolehan (bahasa) untuk acquisition serta pemercepat dan pemercepatan untuk acceleration.
Selain rangkaian belajar, pelajar, dan pelajaran, perkembangan zaman dan pengalaman menciptakan keperluan untuk paradigma baru. Yang pertama pembelajaran ‘instruction’, dan pembelajar ‘instructor’, dan kedua, pemelajaran ‘learning’ dan pemelajar ‘learner’.
Kita harus berani merevisi salah kaprah.

Tidak ada komentar: